Selasa, 20 Oktober 2009

Kehidupan Wanaprastha

KEHIDUPAN WANA PRASTHA
Perjalanan hidup manusia melalui empat tahapan yaitu :
Masa “Brahmacari” yaitu masa kanak2sampai dewasa dimana waktunya dihabiskan untuk belajar ilmu duniawi, /Science sebagai bekal untuk mencari penghidupan. Masa “Grehasta” yaitu masa untuk menangggung beban, yaitu beban dari anak-istri, beban dari orang tua, dan beban sosial dari lingkungan dan sesama makhluk hidup. Masa Wanaprastha, yaitu masa harus menundurkan diri dari urusan duniawi, kembali belajar seperti masa bramacari, tetapi pelajarannya berbeda, yaitu pelajaran spiritual, tentang disananya kubur, sebab kesanalah kita harus pergi. Jika anak2 diajarkan agama sejak kecil, merupakan sisitem pendidikan yang salah, mereka cukup diajarkan budi-pekerti, untuk mendapatkan moralitas yang baik. Jika diberikan dogma2 agama, mereeka akan telan mentah2, akibatnya bunuh diri merupakan jalan yang baik bagi mereka.. Masa ke empat ialah masa “sunyasin” yaitu masa berkelana masuk kedalam alam sananya kubur tanpa harus melalui liang kubur . Di Bali banyak orang merasa sudah memasuki masa sunyasin tetapi kembali ke Grehasta, yaitu mengajar orang lain tentang agama artinya kembali memasuki urusan duniawi. Hal ini diakibatkan oleh batinnya masih kotor, masa wanaprastanya diisi dengan pelajaran agama, bukan pelajaran spiritual. Latihannyapun merupakan latihan keagamaan, bukan latihan spiritual. Ada juga yang mengisinya dengan ilmu kebatinan, yang hakikatnya adalah kotoran batin, akibatnya tambah berat bagi mereka untuk memasuki alam spirit yang disebut Moksah. Agama mengajarkan umatnya berbuat baik agar masuk sorga, itulah yang disebut “jalan lebar” , selain itu ada jalan setapak dimana orang2 tertentu bisa masuk sorga tanpa harus melalui pintu kematian. Jalan itu disebut jalan “sempit”. Ada katakan “aku sudah mengalahkan maut” maka itu waktu Yesus disalibkan, dia sudah meninggalkan fisiknya sebelum fisiknya mati.
1, Aku bekerja selama 32 tahun sebagai PNS, Hari ini aku dipanggil ke-Kantor untuk menerima SK pensiun. Apakah karena kebetulan, pada hari ini juga aku tergerak hati untuk mengisi kembali buku agendaku atau memang jalan hidupku harus demikian.
2. Pada hari ini, aku berpikir bahwa diriku yang sebenarnya adalah atman itu. Sebelumnya aku mengira bahwa aku ini adalah roch, dan dalam kesadaran sehari-hari, kesadaran yang aku perankan adalah ego yang bersifat semu. Sekarang aku sadar bahwa ego itu terdiri dari perpaduan antara jasmani dan rochani, jika orang sudah mati, maka ego itupun akan lenyap pula.
3. Kesadaran egoku sebagai mamusia memegang peranan penting dalam kehidupan ini. Didalam memasuki hutan meditasi, aku merasa bingung karena banyak pos-pos temapat singgah, dan banyak jalan bercabang-cabang misalnya.
· Dialam bawah aku sadar sebagai machluk ciptaan Tuhan dan senasib dengan machluk lainnya, aku merasa terbawa arus evolusi bersama-sama dengan isi alam ini.
· Di Alam rochani aku sadar bahwa semua pri-laku manusia adalah rekayasa, semua kita ini adalah obyeck, adalah senasib, tidak ada yang lebih maupun yang kurang, kita semua seperti boneka-boneka lilin, suatu saat siap dilebur ulang.
· Aku juga meningkatkan kesadaranku sebagai atman, bersatu dengan Illahi, sehingga tidak merasakan apa-apa, tetapi keadaan ini hanya sesaat, kemudian buyar lagi.
· Ada juga kesadaranku sebagai manusia yang perlu ditolong, aku pribadi yang lemah berhadapan dengan "Aku.Bapa", seperti kesadaran para rochaniawan.
Aku terachir yang aku temukan ialah kesadaranku sebagai manusia yang mempunyai rochani dan jasmani.
4. Berpijak dari kenyataan bahwa aku adalah manusia, maka kesadaran yang aku pakai dalam meditasi ialah kesadaranku sebagai manusia yang mempunyai rochani dan jasmani.
5. Untuk meningkatkan kwalitas kemanusiaanku, didalam meditasi aku harus memandikan manusia itu dengan sinar Illahi. Sinar Illahi itu bisa aku dapatkan dengan cara mengucapkan nada "OHM"
6. Kesadaran jasmani dan rochani tetap aku singgahi, aku lalui, dalam perjalanan meditasiku memasuki alam Tri-Buwana yaitu alam fisik, alam batiniah dan alam kesadaran.
7. Hari ini, Selasa 2 April 1996 adalah hari kedua aku menulis pada tahun 1996. Suatu hal yang aku rasakan sesudah pensiun ialah panggilan Illahi makin terasa memaksa. Aku mau kesana, tetapi bagaimana caranya,…?
8. Aku kesana-kemari, seruduk sana-seruduk sini didalam meditasi, semua jalan terasa buntu, aku belum menmukan jalan yang pasti. Yang bisa aku usahakan ialah mandi dengan sinar illahi untuk membersihkan bathinku.
9. Secara fisik, kegiatanku berkurang, tetapi secara rochaniah aktivitasku meningkat. Aktivitas fisik nampak jelas sibuknya, tetapi aktivitas bathin tidak nampak dari luar. Apakah mungkin ada hasilnya,….?
10. Ini bukan rencanaku, tetapi aku sudah terseret kesana, tentang hasilnya aku tidak tahu, aku tidak ada target untuk itu.
11. Kesehatan fisik sangat menentukan hasil meditasi, jika fisik dalam kondisi tidak sehat, alam meditasi nampak gelap, tetapi hasil meditasi juga bisa meningkatkan kesehatan fisik.
12. dalam meditasi aku temukan posisi kehidupan yang ditunjukkan oleh Tao.
· Lihatlah pohon-pohon, dia tumbuh disana dan mati disana pula, dia hidup dan besar dengan cara yang telah ditetapkan untuk mereka.
· Di alam binatang aku temukan mereka lahir dan besar sesuai dengan carakter mereka masing-masing, tidak ada rekayasa, tidak ada usaha merubah sifat yang mereka bawa.
· Sesungguhnya manusia juga demikian, sama seperti tumbuh2an dan binatang, tetapi mereka menolak carakter yang diberikan, ada yang mencoba merubah diri mereka seperti yang dianggap ideal, hasilnya ialah penderitaan bathin, itulah yang disebut "dosa".
13. Janganlah mengharapkan orang dapat merubah carakter, dan garis kehidupan itu, kecuali perubahan itu datang dari Dia yang membuat dan memprogram kehidupan ini.
14. Didalam meditasi aku masuk ke alam Tri-Buwana, masuk ke-alam sana-sini, akhirnya aku bingung, kemudian penat, kelelahan, lalu keluar dari alam meditasi.
15. Memasuki babak baru, aku tutup semua jalan pikiranku, indria biar semua terbuka kecuali mata ditutup. Dengan tertutupnya semua jalan pikiran, didalam akan kosong, kemudian kekosongan itu akan diisi oleh sinar illhi. Dalam keadaan kosong itulah pikiran tidak akan lelah..
16. Senin 22/4/96 dalam meditasi aku masuk ke alam sekitarku, aku nikmati suasannya, dalam diriku memancar rasa kasih, itulah meditasi gaya Krisnamurti. Kemudian aku masuk ke alam yang lebih luas, rasa kasih itu berubah menjadi rasa kasih Universal, suasananya tentram dan bahagia
17. Setelah beberapa lama dalam kesadaran universal, aku kembali turun kedalam kesadara fisik, bersihkan semua bekas-bekas kotoran emosi, usap muka, usap dada, mata dibuka, meditasipun selesai.
18. Aku masuk kedalam manusia, keadaannya seperti bawang merah, kalau dikupas, dan dikupas terus hasilnya hanya kulit yang berlapis-lapis, didalamnya tidak ada apa-apanya. Aku kira yang non fisik itu isi manusia tetapi itupun kulit juga.
19. Aku ingin tahu siapa yang mengatur kehidupan ini,….? seperti halnya kehidupan yang berlapis-lapis, kekuasaanpun berlapis-lapis juga. Kalau kamu usut terus, kamu akan sampai kepada kekosongan. Tidak ada suatu spribadi tunggal yang mengaturnya, semua diatur oleh sistem dan sistem itulah yang diciptakan oleh intlegensia, kemudian intlegensia itupun berada dalam sistem itu.
20. Aku sering berpikir, setelah pensiun nanti aku masuk wanaprasta, setelah itu siap-siap untuk kembali bekerja. Belakangan aku diingatkan, bahwa masih ada satu phase kehidupan yang harus aku lalui, yaitu kehidupan sanyasin yaitu kehidupan berkelana, meninggalkan urusan duniawi. Apa maknanya sunyasin aku belum tahu.
21. Kehidupan sanyasin yaitu kehidupan sebagai pengembara, memberi penerangan kepada mereka yang berada dalam kegelapan. Kehidupan wanaprastha masih berada dalam kegelapan, maka itu janganlah kamu mencoba menjadi penuntun orang buta, sebab nanti kamu akan sama-sama masuk kedalam lobang kegelapan.
22. Dalam kehidupan wanaprastha kamu harus banyak meditasi, belajar bagaimana harus diam agar bathinmu tentram. Dalam meditasi, lepaskan semua ikatan2 bathin, bersihkan kotoran2 emosi, lepaskan pikiran2 yang tidak perlu, gusur semua lamunan yang mengasikkan, kemudian berusaha mengerti hakikat kehidupan.
23. Jika didalam kehidupan wanaprasta kamu masih memiliki ini dan itu, masih berbuat, berbicara dan mendengar sesuatu, tetapi dalam kehidupan sanyasin kamu tidak memiliki apa-apa, kamu tidak perlu berbuat, berkata, maupun mendengar apa-apa lagi, sebab semua sudah ada dalam dirimu.
24. Aku berpikir, apa kerjaku sekarang,…? Kerjaku adalah "diam". Apa diam itu pekerjaan,…? Aku pikir yaa, karena diam itulah isi hidupku, semua yang aku lakukan karena Dia dan oleh karena Dia aku bekerja. jika suatu saat aku harus diam, bukan berarti aku malas, tetapi diam itulah pekerjaanku. Demikian juga jika anakmu, istrimu, keluargamu dan orang lainnya tidak bekerja, jangan kamu anggap mereka malas, karena tidak bekerja itulah tugasnya.
25. Ada kalanya orang harus diam, seperti orang sakit menahun, mereka harus diam, bahkan untuk mengurus dirinya harus dibantu. Aku disuruh diam masih untung tidak sakit, aku bisa mengurus diriku sendiri. Seperti hari raya nyepi semua orang harus diam, maksudnya agar rochani bekerja keras. Jika kita sibuk secara fisik, berarti rochani kita tidur.
26. Jika fisikmu mengambil pekerjaan ini dan itu berarti kamu tidak diam, tetapi jika fisik diam, masalahnya sekarang ialah apa yang dilakukan oleh rochani,…? inilah kesulitan kebanyakan orang.
27. Dalam kondisi diam, kita belajar mendengar nyanyian alam, berusaha menyatu dengan alam, lepaskan semua beban bathin, kendalikan perasaan, undang udara sorga masuk kedalam kalbu, banyak lagi hal-hal yang bersifat rochaniah.
28. Diam hakikatnya adalah meditasi, berjalan ,tidur dan seluruh pekerjaan juga dilakukan dalam suasana meditasi, artinya tidak lepas dari kesadaran rohani, karena memegang teguh kesadaran rochani adalah meditasi.
29. Kehidupan wanaprastha adalah kehidupan meditasi, tetapi bukan berarti dikamar terus, hanya rochanimu dalam kondisi meditasi.
30. Sesudah dapat bersatu dengan alam apa lagi. Aku tidak tahu bagaimana keadaanku nanti setelah itu, sama seperti memasuki alam wanaprastha, tidak terbayang sebelumnya. Pintu akan terbuka pada saatnya, pelajaran baru akan diberikan pada waktunya ,jika kamu sudah menyelesaikan pelajaran sebelumnya
31. Sekarang aku belajar bersatu dengan alam, bersatu setiap saat, semua mahluk itu adalah bahagian dari diriku. Kenapa demikian,…? karena aku menuju kesana
32 Rasa persatuan dengan alam bisa melenyapkan rasa takut dan rasa rendah diriku, karena aku tidak lagi merasa kerdil, semua benda sudah aku lihat posisinya. Tugas pokokku sekarang ialah menyatukan perasaan dan pandanganku dengan alam semesta ini sesuai dengan kenyataan bahwa kita ini satu seperti keberaadaan ombak besar dan ombak kecil bersatu dalam satu lautan.
33. Aktivitas fisik memang dapat membuyarkan rasa persatuan itu, akan tetapi dengan latihan terus menerus orang dapat orang dapat melkukan aktivitas fisik tanpa melepaskan kesadaran macro-kosmosnya.
34. Pada masa grehastha, orang melakuka aktivitas fisik dengan kesadaran egonya, tanpa adanya kesadaran universal. Setelah memasuki kehidupan wanaprastha, kesadaran universal mulai muncul, walalupun dia masih melalukan kegiatan fisik. Memasuki kehidupan sanyasin, orang tersebut bisa melakukan aktivitas fisik maupun bathin tanpa meninggalkan kesadaran universal itu.
35. Kondisi meditasi , hari Sabtu, 26/5-96…Pada waktu mulai meditasi, mata rochaniku gelap seperti ada mendung. Untuk membuka mata rochani, aku tundukkan kepala dengan kondisi bathin tetap tegak, kemudian setelah beberapa lama kepala ditegakkan kembali, terasa ada sinar menerpa mukaku , kemudian mata rochanku terbuka.
36. Sinar illahi diarahkan keseluruh badan, terutama kerongga dada, seluruh kotoran emosi terasa dibakar habis. Kemudian sinar illahi itu hilang, tetapi kondisinya sudah lain, bathin terasa cerah dan tenang Selanjutnya aku diam didalam ketenangan itu, pikiran dikosongkan, nyanyian alam mulai kedengaran, kenikamatan meditasi mulai terasa.
37. Meditasi dalam kehidupan wanaprastha tidak menggunakan aktivitas pikiran, bahkan sebaliknya, melenyapkan segala denyut pikiran dan emosi yang timbul, karena keberadaannya menyebabkan gangguan. Yang terjadi dalam meditasi ialah keheningan, dan yanga merasakan kehenaningan itu ialah roch atau jiwa.
38. Masuk hutan hakekatnya ialah masuk kedunia rochani, disana orang akan merasakan ketenangan asal dia sudah cukup mateng untuk itu, jika tidak, mereka akan kebingungan harus berbuat apa. Didalam hutan rochani tidak sepi, banyak yang dapat dilihat, didengar dan dirasakan seperti halnya kita hidup sendirian didalam hutan, tetapi segala sesuatunya harus diputuskan dan dikerjakan sendiri karena tidak ada teman untuk diajak berunding..
39. Kenikmatan kehidupan wanaprastha tidak sama dengan kenikamatan indria, karena kenikamatan itu bukan berasal dari pengindraan, melainkan hasil dari penyerapan bathin atas suasana sekitarnya. Hal ini memang sesuai dengan kondisi fisik orang lanjut usia, dimana idria tidak dapat lagi memberikan kenikmatan, bahkan akan mati satu-persatu. Dilain pihak, bathin orang tua akan makin peka, kondisi ini sangat menunjang kehidupan wanaprastha.
40. Kaum wanprastha bukan orang super, tetapi orang biasa, sama dengan orang grehastha karena mereka semua berasal dari sana, tetapi harus diakui bawha tidak semua orang grehastha bisa melanjutkan ketingkat wanprastha dalam satu masa kehidupan ini.
41. Seperti halnya kehidupan brahmacari memasuki kehidupan grehastha, tidak semua orang berhasil, semua itu tergantung pada program hidup yang harus dijalani masing-masing orang.
42. Kenikmatan lain yang aku dapatkan dari kehidupan wanaprastha ialah pengertian terhadap kehidupan makin dalam, disana aku rasakan tidak ada lawan maupun kawan, semua menjadi satu didalam diri sendiri, demikian pula dengan semua sakit penyakit adalah diri kita sendiri.
43. Orang wanprastha tidak akan menonjolkan diri, karena kehadirannya tidak menyebabkan bertambah, dan kepergiannya tidak menimbulkan kekurangan atau kesedihan, karena dia tahu saatnya harus masuk dan saatnya harus keluar.
44. Jika seorang wanaprastha mulai menonjolkan diri, berarti dia sudah keluar dari dalam hutan, apalagi bila dia sudah masuk organisasi. Lain halnya jia dia sudah tamat, artinya sudah memasuki alam sanyasin, kehadirannya tidak menambah, dan kepergiannya tidak mengurangi.
45. Kekayaan tidak menjamin seseorang bisa memasuki alam wanaprastha. Kenikamatan alam wanaprastha tidak dapat dibeli dengan uang seperti kenikamatan parawisata, kenikmatan klub malam dan semacamnya karena kita tidak bisa menggunakan fasilitas rumah atau mobil mewah, tetapi semua kenikmatan itu bisa kita cari didalam hutan bathin.
46. Memasuki alam wanaprastha bukan dengan cara menyediakan segala macam fasilitas fisik, bahkan sebaliknya membuang segala fasilitas fisik itu, karena hal itu menyebabkan kita terseret lagi ke-alam fisik, seperti yang kulakukan yaitu menyediakan peralatan electrinik untuk kegiatan dimasa pensiun justru menjadi beban bagiku sekarang.
47. Coba kita amati, kenikamatan apa yang bisa diberika oleh kekayaan.
· Hiburan keramaian,….? Wanaprastha tidak memnutuhkan keramaian.
· Hiburan perempuan,..? Wanaprastha tidak mungkin mendapat kesenangan dengan mempermainkan hidup machluk lain, tidak mungkin senang melihat nasib perempuan sebagai penghibur.
· Dengan makanan,..? Wanaprastha menyadarai bahwa kelebihan makanan akan menimbulkan penyakit, jika makanan dianggap sebagai kesenangan, maka fisik akan menderita.
· Dengan harta benda..? Kelebihan harta benda merupakan beban, maka kaum wanaprsatha tidak akan mengangkut kotoran itu.
· Dengan pujian atau kemasyuran,..? Senang dengan pujian merupakan ciri kekanak-kanakan, wanaprastha tidak mungkin kembali seperti kanak-kanak.
48. Kehidupan wanaprastha ialah kembali kedalam dasar kehidupan yang paling sederhana, sesudah itu lenyap tanpa arti didalam kehidupan seorang sanyasin, mengembara sebagai anak manusia tanpa beban.
49. Apakah kegiatan pokok dalam kehidupan wanaprastha,..? Pertama-tama harus belajar diam, harus bisa menikmati kesunyian. Jika kamu mulai melakukan kegiatan fisik dengan tujuan materi, itu berarti kamu sudah meninggalkan kehidupan wanaprastha.
50. Sebagaimana kamu mati meninggalkan kehidupan fisik, demikianlah kehidupan wanaprastha meninggalkan kehidupan grehastha, mening-galkan segala urusan mencari nafkah, baik didalam pikiran maupun didalam pelaksanaan sehari-hari.
51. Melakukan meditasi untuk mencari kekuatan bathin, bukan termasuk kegiatan wanaprastha, karena masih tergolong kegiatan brachmacari yaitu mencari ilmu seperti juga yoga dan oleh raga lainnya.
52. Dalam kehidupan wanprastha aku berusaha mencari kesunyian, memburu kesunyian sampai ke-alam meditasi, karena didalam alam meditasi aku temukan banyak keramaian berupa pikiran2 bawah sadar yang simpang siur. Keramaian pikiran bawah sadar itu adalah simpanan dari pengalaman bathin masa lalu, yang merupakan halangan terberat dalam menempuh kehidupan wanaprastha.
53. Kenapa dan untuk apa aku memburu kesunyian itu,..? karena di alam kesunyian itulah aku bisa mendengar suara dari alam sana, alam bathin yang lebih tinggi. Disanalah aku bisa mendapatkan petunjuk kemana aku harus pergi. Petunjuk itu akan keluar dengan sendirinya apa bila sudah waktunya diperlukan.
54. Jangan sekali-kali mengharapkan sesuatu yang hebat, sesuatu yang super menurut pandangan duniawi, karena hal itu bisa menimbulkan kekecewaan berat.Berlakulah sederhana seperti air mengalir, kerjakan apa yang bisa dikerjakan, tinggalkan apa yang tidak bisa dilakukan .
55. Semula, kata wanaprastha merupakan guyonan dalam menghadapai masa pensiun, tetapi sekarang bukan lagi guyonan, melainkan kenyataan yang harus aku jalani, aku sudah terseret kesana, tidak mungkin lagi aku kembali kedalam kehidupan grehastha.
56. Segala aktivitas fisikku rasanya lumpuh, selera duniawiku rasanya sudah jenuh, tidak ada lagi hiburan duniawi yang menyebabkan hatiku bisa senang. Itulah komdisi manula yang harus dilalui setiap orang yang sudah pensiun.
57. Aku lebih tertarik dengan alam kesunyian, yaitu alam yang berbeda frequencynya dengan alam nyata ini. Alam sunyi yang aku temukan bukan terletak jauh dari keramaian kota, tetapi ada disana, didalam keramaian kota, hanya frequencynya yang berbeda, sehingga tidak akan terjadi saling tindis.58 Katakanlah mulai hari ini, selasa 28/5-1996 aku masuk ke-alam sana, yaitu alam wanaprastha. Aku mulai selusuri dari mana datangnya rasa tentram dan rasa nikmat dalam alam sunyi yaitu alam meditasi (iteling@gmail.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar