Jumat, 20 November 2009

Perjalanan Meditasi hari ke 4

Perjalanan Meditasi ke-4
Pada waktu mulai meditasi, mata rohaniku gelap seperti ada mendung. Untuk membuka mata rohani, aku tundukkan kepala dengan kondisi bathin tetap tegak, kemudian setelah beberapa lama kepala ditegakkan kembali, terasa ada sinar menerpa mukaku , kemudian mata rohanku terbuka.
Sinar illahi diarahkan keseluruh badan, terutama kerongga dada, seluruh kotoran emosi terasa dibakar habis. Kemudian sinar illahi itu hilang, tetapi kondisinya sudah lain, bathin terasa cerah dan tenang. Selanjutnya aku diam didalam ketenangan itu, pikiran dikosongkan, nyanyian alam mulai kedengaran, kenikamatan meditasi mulai terasa.
Meditasi dalam kehidupan wanaprastha tidak menggunakan aktivitas pikiran, bahkan sebaliknya, melenyapkan segala denyut pikiran dan emosi yang timbul, karena keberadaannya menyebabkan gangguan. Yang terjadi dalam meditasi ialah keheningan, dan yang merasakan kehenaningan itu ialah roh atau jiwa.
Masuk hutan hakekatnya ialah masuk kedunia rohani, disana orang akan merasakan ketenangan, asal dia sudah cukup mateng untuk itu, jika tidak, mereka akan kebingungan harus berbuat apa. Didalam hutan rohani tidak sepi, banyak yang dapat dilihat, didengar dan dirasakan seperti halnya kita hidup sendirian didalam hutan, tetapi segala sesuatunya harus diputuskan dan dikerjakan sendiri karena tidak ada teman untuk diajak berunding..
Kenikmatan kehidupan wanaprastha tidak sama dengan kenikamatan indria, karena kenikamatan itu bukan berasal dari pengindraan, melainkan hasil dari penyerapan bathin atas suasana sekitarnya. Hal ini memang sesuai dengan kondisi fisik orang lanjut usia, dimana idria tidak dapat lagi memberikan kenikmatan, bahkan akan mati satu-persatu. Dilain pihak, bathin orang tua akan makin peka, kondisi ini sangat menunjang kehidupan wanaprastha.
Kaum wanprastha bukan orang super, tetapi orang biasa, sama dengan orang grehastha karena mereka semua berasal dari sana, tetapi harus diakui bawha tidak semua orang grehastha bisa melanjutkan ketingkat wanprastha dalam satu masa kehidupan ini.
Seperti halnya kehidupan brahmacari memasuki kehidupan grehastha, tidak semua orang berhasil, semua itu tergantung pada program hidup yang harus dijalani masing-masing orang.
Kenikmatan lain yang aku dapatkan dari kehidupan wanaprastha ialah pengertian terhadap kehidupan makin dalam, disana aku rasakan tidak ada lawan maupun kawan, semua menjadi satu didalam diri sendiri, demikian pula dengan semua sakit penyakit adalah diri kita sendiri.
Orang wanprastha tidak akan menonjolkan diri, karena kehadirannya tidak menyebabkan bertambah, dan kepergiannya tidak menimbulkan kekurangan atau kesedihan, karena dia tahu saatnya harus masuk dan saatnya harus keluar.
Jika seorang wanaprastha mulai menonjolkan diri, berarti dia sudah keluar dari dalam hutan, apalagi bila dia sudah masuk organisasi. Lain halnya jika dia sudah tamat, artinya sudah memasuki alam sanyasin, kehadirannya tidak menambah, dan kepergiannya tidak mengurangi.
Kekayaan tidak menjamin seseorang bisa memasuki alam wanaprastha. Kenikamatan alam wanaprastha tidak dapat dibeli dengan uang seperti kenikamatan parawisata, kenikmatan klub malam dan semacamnya karena kita tidak bisa menggunakan fasilitas rumah atau mobil mewah, tetapi semua kenikmatan itu bisa kita cari didalam hutan bathin.
Memasuki alam wanaprastha bukan dengan cara menyediakan segala macam fasilitas fisik, bahkan sebaliknya membuang segala fasilitas fisik itu, karena hal itu menyebabkan kita terseret lagi ke-alam fisik, seperti yang kulakukan yaitu menyediakan peralatan electrinik untuk kegiatan dimasa pensiun justru menjadi beban bagiku sekarang.
Coba kita amati, kenikamatan apa yang bisa diberika oleh kekayaan.
Hiburan keramaian,….? Wanaprastha tidak memnutuhkan keramaian.Hiburan perempuan,..? Wanaprastha tidak mungkin mendapat kesenangan dengan mempermainkan hidup makhluk lain, tidak mungkin senang melihat nasib perempuan sebagai penghibur.

Dengan makanan,..? Wanaprastha menyadarai bahwa kelebihan makanan akan menimbulkan
penyakit, jika makanan dianggap sebagai kesenangan, maka fisik akan menderita.

Dengan harta benda..? Kelebihan harta benda merupakan beban, maka kaum wanaprsatha tidak akan mengangkut kotoran itu.

Dengan pujian atau kemasyuran,..? Senang dengan pujian merupakan ciri kekanak-kanakan, wanaprastha tidak mungkin kembali seperti kanak-kanak.
Kehidupan wanaprastha ialah kembali kedalam dasar kehidupan yang paling sederhana, sesudah itu lenyap tanpa arti didalam kehidupan seorang sanyasin, mengembara sebagai anak manusia tanpa beban.
Apakah kegiatan pokok dalam kehidupan wanaprastha,..? Pertama-tama harus belajar diam, harus bisa menikmati kesunyian. Jika kamu mulai melakukan kegiatan fisik dengan tujuan materi, itu berarti kamu sudah meninggalkan kehidupan wanaprastha.
Sebagaimana kamu mati meninggalkan kehidupan fisik, demikianlah kehidupan wanaprastha meninggalkan kehidupan grehastha, mening-galkan segala urusan mencari nafkah, baik didalam pikiran maupun didalam pelaksanaan se-hari2.
Melakukan meditasi untuk mencari kekuatan bathin, bukan termasuk kegiatan wanaprastha, karena masih tergolong kegiatan brahmacari yaitu mencari ilmu seperti juga yoga dan oleh raga lainnya.
Dalam kehidupan wanaprastha aku berusaha mencari kesunyian, memburu kesunyian sampai ke-alam meditasi, karena didalam alam meditasi aku temukan banyak keramaian berupa pikiran2 bawah sadar yang simpang siur. Keramaian pikiran bawah sadar itu adalah simpanan dari pengalaman bathin masa lalu, yang merupakan halangan terberat dalam menempuh kehidupan wanaprastha.
Kenapa dan untuk apa aku memburu kesunyian itu,..? karena di alam kesunyian itulah aku bisa mendengar suara dari alam sana, alam bathin yang lebih tinggi. Disanalah aku bisa mendapatkan petunjuk kemana aku harus pergi. Petunjuk itu akan keluar dengan sendirinya apa bila sudah diperlukan.
Jangan sekali-kali mengharapkan sesuatu yang hebat, sesuatu yang super menurut pandangan duniawi, karena hal itu bisa menimbulkan kekecewaan berat. Berlakulah sederhana seperti air mengalir, kerjakan apa yang bisa dikerjakan, tinggalkan apa yang tidak bisa dilakukan .
Semula, kata wanaprastha merupakan guyonan dalam menghadapai masa pensiun, tetapi sekarang bukan lagi guyonan, melainkan kenyataan yang harus aku jalani, aku sudah terseret kesana, tidak mungkin lagi aku kembali kedalam kehidupan grehastha.
Segala aktivitas fisikku rasanya lumpuh, selera duniawiku rasanya sudah jenuh, tidak ada lagi hiburan duniawi yang menyebabkan hatiku bisa senang.
Aku lebih tertarik dengan alam kesunyian, yaitu alam yang berbeda frequencynya dengan alam nyata ini. Alam sunyi yang aku temukan bukan terletak jauh dari keramaian kota, tetapi ada disana, didalam keramaian kota, hanya frequencynya yang berbeda, sehingga tidak akan terjadi saling tindis.

PERJALANAN MEDITASI-3

Perjalanan Meditasi pada hari ketiga adalah sbb
Perjalanan dalam meditasi adalah petualangan. Inilah petualanganku hari ke 3.
Mulai hari ini, selasa 28 Mei 1996, aku masuk ke-alam sana, yaitu alam wanaprastha. Aku mulai selusuri dari mana datangnya rasa tentram dan rasa nikmat dalam alam meditasi itu.
Rasa asik dan tentram itu muncul sesaat aku keluar dari kehidupan fisik, disana aku dapat menikmati alam kehidupan rohani, tetapi kenikmatan itu segra buyar setelah pikiran-pikiran bawah sadar muncul meraja-rela menguasai alam meditasi. Pikiran2 liar itu amat kuat, sukar dikendalikan sehingga aku lebih baik keluar dari alam meditasi . Pada waktu ini aku gagal, tetapi aku belum menyerah.
Pekerjaan awal dalam kehidupan wanaprastha ialah membersihkan bathinku dari kesan2 yang ditimbulkan oleh gejolak kehidupan masa lalu, sesudah itu baru aku bisa hidup dalam alam rohani yang lebih tenang.
Setelah aku masuk ke dalam alam rohani, selanjutnya aku harus mempertahan-kan kondisi itu, mempertahankan kesadaran rohaniku, walaupun aku berada dalam aktivitas fisik. Dari dalam alam rohani, aku dapat melihat kehidupan duniawi seperti menonton komidi putar.
Dalam permainan tesebut aku melihat keadaan anak-anak bermain, menangis dan tertawa, sama seperti kehidupan duniawi dimana orang2 berburu kesenangan tanpa mengenal lelah, sambil menangis dan tertawa mereka bergulat satu sama lainnya.
Menonton kehidupan ini dapat juga diumpamakan seperti menonton arak-arakan atau pawai orang-orang liar, muncul dari kegelapan menuju kesuatu tempat yang gelap pula. Dalam pawai itu, ada yang diusung, ada pula yang diinjak-injak sampai mati. Ada yang menangis kemudian tertawa, mereka semua berada dalam kegelapan.
Kalau aku sudah bisa mempertahankan kesadaranku seperti itu,barulah aku bisa keluar dari alam hutan meditasi. Sekarang baru aku tahu kenapa orang bisa mendapatkan kebahagiaan didalam kesunyian meditasi. Hal itu disebabkan karena mereka berada diluar keributan dunia ini sehingga mereka tidak ikut di-injak2, tidak kena panas dan dingin, karena mereka berada diluar arena. Masalahku sekarang ialah bagaimana caranya agar aku bisa tetap berada diluar arena tersebut. Tindakan pertama ialah memperjelas dan mempertahan-kan pengertian, yaitu pengertian tentang keberadaanku disini, untuk apa dan mau kemana aku ini.
Dalam meditasi aku selalu diganggu oleh pengalaman kehidupan bawah sadar, berupa memori-memori yang muncul dipermukaan untuk minta perhatian. Untuk menjinakkan keganasan alam bawah sadar, aku putar lagu-lagu rohani yang lembut, atau gambelan lelambatan.
Gambelan maupun lagu2 tersebut memang bisa mengusir gangguan bawah sadar, tetapi akibatnya memoriku dipenuhi oleh kesan-kesan gambelan itu sendiri, sehingga timbul gangguan dari alunan lagu2 tsb.
Sudah lama aku rindukan untuk pergi kesuatu tempat yang sunyi, entah dimana. Sekarang aku dihadapkan pada kesempatan dan kondisi yang memungkin-kan aku untuk itu, oleh karena itu aku harus pergi bekelana di alam bathin seorang diri.
Apakan aku harus berpantang keras atau bertapa untuk mencapai kebebasan rohani itu,..? Aku pikir kebebasan rohani itu sudah ditargetkan bagi setiap orang, tinggal menunggu saatnya tiba, sebab setiap orang sudah diproces kearah itu.
Apakah orang yang memaksa, atau yang berusaha keras mencapai kebebasan rohani itu salah..? Dalam hal ini tidak ada yang salah tergantung kesempat-an dan kemampuan masing2 orang, menjalani hidup sebagaimana adanya juga tidak salah, nanti tiba saatnya mereka tidak bisa lagi santai.
Jika mereka memang mampu melakukan salah satu jalan kehidupan, hal itu merupakam pilihan yang paling baik, apakah jalan cepat atau jalan santai, tetapi jika hal itu sukar baginya, memaksakan diri merupakan jalan yang tidak baik, bahkan bisa dibilang sesat.
Persoalannya ialah, ego manusia itu terdiri dari kumpulan memori2 dan kesan-kesan terhadap pengalaman bathin. Sebelumnya memori kita telah diisi persoalan2 duniawi, kemudian diganti dengan kesan2 lagu2 rohani, dengan demikian kwalitas ego kita akan meningkat.
Jika aku sudah dapat menempatkan egoku pada alam meditasi secara permanen, maka aku tidak akan dipengaruhi lagi oleh gejolak dualisme baik dan tidak baik. Sekarang egoku masih dalam tahap idealis, oleh karena itu sangat dipengaruhi oleh prilaku moral dan amoral, selanjutnya aku akan meningkatkan kwalitas egoku sampai ke alam “ Tao “ yait alam netral
Dalam kehidupan meditasi, membersihkan bathin dari segala kotoran duniawi mutlak harus dilakukan dengan cara pemahaman segala hakikat, dan penyerapan sinar illhi. Merubah fisik kearah yang lebih jinak dapat dilakukan dengan mengatur makanan dan kebiasaan hidup.
Kebiasaan hidup yang memanjakan fisik, harus segra dihentikan. Hal ini bukan berarti kebutuhan fisik yang harus diturunkan sampai ketingkat minimal. Bukan pula sengaja menyiksa fisik dengan tidak memberikan apa yang dibutuhkan sehingga dia sakit.
11/6-1996. Badanku kena penyakit yang aku tidak cari, tetapi dia datang juga walaupun aku sudah berusaha menghilangkannya dengan berbagai cara, tetapi penyakit itu tidak mau hilang. Aku berpikir,bukan karena kepintaran, bukan pula karena kesucian seseorang terhindar dari penyakit, melainkan karena sudah tersurat demikian.
Dalam menghadapi penyakit, jangan panik melainkan lakukan apa yang mungkin bisa dilakukan, jangan memaksakan hal yang tidak mungkin bisa dilakukan. Belajarlah menikmati penyakit, sebab setiap kondisi kehidupan ada sisi baik dan sisi buruknya.
Aktivitas rohani yang utama ialah membebaskan diri dari ikatan fisik. Penyakit yang aku terima ini merupakan ujian, atau test pertama dalam menjalani kehidupan wanaprastha ,oleh karena itu tidak ada obat yang bisa menyembuhkan kecuali sudah waktunya sembuh.
Sekarang aku kena penyakit, tentu ada maksudnya, aku tidak perlu cari apa sebabnya, karena penyebab itu bisa dibuat dengan cara apa saja. Maksud kedatangan penyakit ini ialah sebagai bahan ujian dari bathinku, dia menguji aku tentang pengertian dan ketahananku terhadap penyakit.
Caranya aku menghadapi pennyakit itu ialah : aku keluar dari kesadaran fisik, aku berusaha selama mungkin berada dalam kesadaran rohani, karena di alam rohani aku tidak dipengaruhi oleh fisik. Demikian pula halnya dalam melakukan kegiatan fisik, usahakan rohanimu bebas dari pengaruh fisik. Aku boleh melakukan kegiatan fisik seadanya, tetapi rohaniku tetap bersih.
Kesalahan dan tindakanku yang bodoh, 14/6-98: misalnya. : Pergi ketempat rekreasi, menemui sehabat dekat untuk diajak ngerumpi, bicara soal-soal politik sehingga emosi ikut terlibat, hasilnya kotoran bathin masuk lagi. Memikirkan sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan merupakan kebodohan, oleh karena masukan dari teman maupun dari membaca koran adalah lebih banyak ruginya daripada untungnya.
Mulai sekarang aku akan berhenti membaca koran, berhenti makan daging, karena aku harus konsisten dengan sikap wanaprastha, yaitu sikap tidak campur urusan duniawi, termasuk memberi penilaian atas baik buruknya atau benar salahnya suatu persoalan.
Walaupun fisikmu terasing, tetapi emosi dan jiwamu masih ikut keramaian duniawi termasuk segala macam persoalannya, ini berarti kamu belum berada di alam wanprastha. Aku sadari tindakanku salah, walaupun demikian aku belum menyerah, karena masuk alam wanaprastha bukan seperti masuk pasar, melainkan seperti masuk hutan rimba.
Dalam perjalanan itu kamu harus melalui hutan, desa dan dusun. Ada saatnya nanti kamu akan tiba di suatu tempat yang benar-benar sunyi, yang ada hanya kamu sendiri. Dalam hal ini jangan kamu takut, jika kamu menoleh kebelakang kamu akan menjadi patung garam seperti istrinya Lot.
Sekarang aku masih terlibat emosi masa lantaran membaca kora, sekalipun aku sudah tahu, sudah sadar bahwa mereka yang bertikai itu hanya dalam permainan sandiwara dunia, sifat dan tingkah laku mereka semua direkayasa sejak awal hidupnya.
Kenapa emosiku masih terlibat,…? Karena didalam dirimu masih ada unsur idealis. Masih ada kotoran bathin yang menyebabkan bathinmu berada pada alam bawah, walalupun kesadaranmu sudah berada diatas.
Membaca koran merupakan tindakan bodoh, karena memberi makan pada idealisme buta tersebut, tetapi bisa juga memberi keuntungan bagi bathin, karena bathin itu dibakar dengan api yang lebih keras sehingga kwlitas bathin bisa lebih baik .
Koran adalah pintu masuknya virus emosi kedalam bathin, makanan adalah pintu masuknya unsur-unsur yang melakukan perubahan fisik, oleh karena itu melalui makanan kita bisa merubah fisik , sesuai dengan yang dikehendaki, seperti memberi pupuk bagi tumbuh-tumbuhan.
Apakah aku tidak menyalahi Tao, jika aku tidak mau membaca koran, karena merubah dari yang sewajarnya menjadi yang tidak wajar adalah tindakan melawan kodrat. Manusia harus makan sesuai dengan seleranya, dan berbuat sesuatu sesuai dengan panggilan hati nuraninya.
Masalah wajar dan tidak wajar sangat relatif. Seorang grehastha wajar banyak tahu tentang ini dan itu, tetapi seorang wanaprastha apa perlunya mengetahui urusan orang lain, sebab pengetahuan itu akan menjadi kotoran bathin, oleh karena itu wajarlah jika dia tidak membaca koran.
Demikian pula tentang makanan, seorang grehatha wajar makan cukup karena dia memerlukan fisik yang kuat, tetapi seorang wanprastha tidak memerlukan fisik yang istimewa bahkan cendrung berlawanan dengan fisik grehasta, misalnya respons terhadap lingkungan berkurang, daya ingat dan daya pikir berkurang, karena orang wanaprastha lebih banyak hidup di alam rohani sedangkan fisiknya makin lemah dan akhirnya mati.
Bagaimana dengan masukan musik, lagu-lagu rohani dan gambelan,….? itupun harus sudah ditutup, sebab dia akan menjadi kotoran bathin, beda halnya jika pada awalnya bathin kita dipenuhi oleh kotoran yang lebih padat, digantikan dengan kotoran musik rohani masih ada manfaatnya.

{erjalanan Meditasi-1 dan 2

PERJALANAN BATHIN DALAM ALAM MEDITASI..
Bagi mereka yang belum pernah melakukan meditasi, ceritra ini agak asing, sebab meditasi kebathinan hakikatnya ialah perjalanan dalam alam bathiniah,, bagi yang ingn masuk kedalam alam bathiniah ikutilah saya alam alam meditasi sbb
1 Hari ini senin tgl 1 April 1996, aku dipanggil ke-Kantor untuk menerima SK pensiun. Apakah karena kebetulan, pada hari ini juga aku tergerak hati untuk mengisi kembali buku agenda ini atau memang jalan hidupku harus demikian.
2. Sekarang aku berpikir bahwa diriku yang sebenarnya adalah kesadaran murni/atman . Sebelumnya aku mengira bahwa jati diriku adalah roh/bathin, sedangkan kesadaran sehari-hari yang aku perankan adalah ego/ aku yang bersifat semu. Sekarang aku sadar bahwa ego itu terdiri dari perpaduan antara jasmani dan rohani. Jika orang sudah mati, maka ego itupun akan lenyap pula, sedangkan roh itu adalah bathin tanpa fisik.
3. Kesadaran egoku sebagai mamusia memegang peranan penting dalam kehidupan ini. Didalam memasuki hutan meditasi, aku merasa bingung karena banyak pos-pos tempat singgah, dan banyak jalan bercabang-cabang misalnya.:
• Dialam fisik, aku sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan,dan senasib dengan makhluk lainnya, aku merasa terbawa arus evolusi bersama-sama dengan isi alam ini.
• Di Alam rohani aku sadar bahwa semua pri-laku manusia adalah rekayasa, semua kita ini adalah obyeck, adalah senasib, tidak ada yang lebih maupun yang kurang, kita semua seperti boneka-boneka lilin, suatu saat siap dilebur ulang.
• Aku juga meningkatkan kesadaranku sebagai atman, bersatu dengan Illahi, sehingga tidak merasakan apa-apa, tetapi keadaan ini hanya sesaat, kemudian buyar lagi.
• Ada juga kesadaranku sebagai manusia yang perlu ditolong, aku pribadi yang lemah berhadapan dengan peribadi “Bapa”, seperti yang dirasakan oleh para rochaniawan.
• Aku terachir yang aku temukan ialah kesadaranku sebagai manusia yang mempunyai rohani dan jasmani, manusia seutuhnya.
4. Berpijak dari kenyataan bahwa aku adalah manusia, maka kesadaran yang aku pakai dalam meditasi ialah kesadaranku sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai rohani dan jasmani.
5. Untuk meningkatkan kwalitas kemanusiaanku, didalam meditasi aku harus memandikan manusia itu dengan sinar Illahi. Sinar Illahi itu bisa aku dapatkan dengan cara memusatkan kesadaranku di ubun-ubun diiringi ucapan nada “OHM”
6. Kesadaran jasmani dan rohani tetap aku singgahi, aku lalui, dalam perjalanan ditasiku memasuki alam Tri-Buwana .
7. Hari ini, Selasa 2 April 1996 adalah hari kedua aku menulis. Aku rasakan panggilan Illahi itu makin kuat memaksa. Aku mau kesana, tetapi bagaimana caranya,…?
8. Aku kesana-kemari, seruduk sana-seruduk sini didalam meditasi, semua jalan terasa buntu, aku belum menemukan jalan yang pasti. Yang bisa aku usahakan iala mandi dengan sinar illahi, untuk membersihkan bathinku.
9. Secara fisik, kegiatanku berkurang, tetapi secara rochaniah aktivitasku meningkat. Aktivitas fisik nampak jelas sibuknya, tetapi aktivitas bathin tidak nampak dari luar. Aku merasa bimbang apakah mungkin ada hasilnya,….?
10. Ini bukan rencanaku, tetapi aku sudah terseret kesana, tentang hasilnya aku tidak tahu, aku tidak ada target untuk itu.
Perjalanan Meditasi hari-2.
Dalam meditasi, aku temukan posisi kehidupan yang ditunjukkan oleh Tao. Ada beberapa pengertian yang ditunjukkan kepadaku a.l
Lihatlah pohon-pohon, dia tumbuh disana dan mati disana pula, dia hidup dan besar dengan cara yang telah ditetapkan untuk mereka.
Di alam binatang aku temukan mereka lahir dan besar sesuai dengan charakter mereka masing-masing, tidak ada rekayasa, tidak ada usaha merubah sifat yang mereka bawa.
Sesungguhnya manusia juga demikian, sama seperti tumbuh2an dan binatang, tetapi mereka menolak charakter yang diberikan, ada yang mencoba merubah diri mereka seperti yang dianggap ideal, hasilnya ialah penderitaan bathin, itulah yang disebut “dosa”.
Janganlah mengharapkan orang dapat merubah charakter, dan garis kehidupan itu, kecuali perubahan itu datang dari Dia yang membuat dan memprogram kehidupan ini.
Didalam meditasi aku masuk ke alam Tri-Buwana, masuk ke-alam sana-sini, akhirnya aku bingung, kemudian penat, kelelahan, lalu keluar dari alam meditasi.
Memasuki babak berikutnya, aku tutup semua jalan pikiranku, indria biar semua terbuka kecuali mata ditutup. Dengan tertutupnya semua jalan pikiran, didalamnya akan kosong, kemudian kekosongan itu akan diisi oleh sinar illhi. Dalam keadaan kosong itulah pikiran tidak akan lelah. Didalam kekosongan itu hanya ada kesadaran. Jika kesadaran seseorang masih ditingkat bawah, dia akan bosan didalam kekeosongan itu karena pandangannya masih sempit.
Senin 22/4/96 dalam meditasi aku masuk ke alam sekitarku, aku nikmati suasannya, dalam diriku memancar rasa kasih, itulah meditasi gaya Krisnamurti. Kemudian aku masuk ke alam yang lebih luas, rasa kasih itu berubah menjadi rasa kasih Universal, suasananya tentram dan bahagia
Setelah beberapa lama dalam kesadaran universal, aku kembali turun kedalam kesadaran fisik, bersihkan semua bekas-bekas kotoran emosi, usap muka, usap dada, mata dibuka, meditasipun selesai.
Aku masuk kedalam manusia, keadaannya seperti bawang merah, kalau dikupas, dan dikupas terus hasilnya hanya kulit yang berlapis-lapis, didalamnya tidak ada apa-apanya. Aku kira yang non fisik itu isi manusia tetapi itupun kulit juga.
Aku ingin tahu siapa yang mengatur kehidupan ini,….? seperti halnya kehidupan yang berlapis-lapis, kekuasaanpun berlapis-lapis juga. Kalau kamu usut terus, kamu akan sampai kepada kekosongan. Tidak ada suatu spribadi tunggal yang mengaturnya, semua diatur oleh sistem dan sistem itulah yang diciptakan oleh intlegensia, kemudian intlegensia itupun berada dalam sistem itu.
Dulu aku sering berpikir, setelah pensiun nati aku masuk wanaprasta, setelah itu siap-siap untuk kembali. Belakangan aku diingatkan, bahwa masih ada satu phase kehidupan yang harus aku lalui, yaitu kehidupan sunyasin.
Kehidupan sanyasin yaitu kehidupan sebagai pengembara, memberi penerangan kepada mereka yang berada dalam kegelapan. Kehidupan wanaprastha masih berada dalam kegelapan, maka itu janganlah kamu mencoba menjadi penuntun orang buta, sebab nanti kamu akan sama-sama masuk kedalam lobang kegelapan.
Dalam kehidupan wanaprastha kamu harus banyak meditasi, belajar bagaimana harus diam agar bathinmu tentram. Dalam meditasi, lepaskan semua ikatan2 bathin, bersihkan kotoran2 emosi, lepaskan pikiran2 yang tidak perlu, gusur semua lamunan yang mengasikkan, kemudian berusaha mengerti hakikat kehidupan.
Jika didalam kehidupan wanaprasta kamu masih memiliki ini dan itu, masih berbuat, berbicara dan mendengar sesuatu, tetapi dalam kehidupan sanyasin kamu tidak memiliki apa-apa, kamu tidak perlu berbuat, berkata, maupun mendengar apa-apa lagi, sebab semua sudah ada dalam dirimu.
Aku berpikir, apa kerjaku sekarang,…? Kerjaku adalah “diam”. Apa diam itu pekerjaan,…? Aku pikir yaa, karena diam itulah isi hidupku, semua yang aku lakukan karena Dia dan oleh karena Dia aku bekerja. jika suatu saat aku harus diam, bukan berarti aku malas, tetapi diam itulah pekerjaanku. Demikian juga jika anakmu, istrimu, keluargamu dan orang lainnya tidak bekerja, jangan kamu anggap mereka malas, karena tidak bekerja itulah tugasnya.
Ada kalanya orang harus diam, seperti orang sakit menahun, mereka harus diam, bahkan untuk mengurus dirinya harus dibantu. Aku disuruh diam masih untung tidak sakit, aku bisa mengurus diriku sendiri. Seperti hari raya nyepi semua orang harus diam, maksudnya agar rohani bekerja keras. Jika kita sibuk secara fisik, berarti rohani kita tidur.
Jika fisikmu mengambil pekerjaan ini dan itu berarti kamu tidak diam, tetapi jika fisik diam, masalahnya sekarang ialah apa yang dilakukan oleh rohani,…? inilah kesulitan kebanyakan orang.
Dalam kondisi diam, kita belajar mendengar nyanyian alam, berusaha menyatu dengan alam, lepaskan semua beban bathin, kendalikan perasaan, undang udara sorga masuk kedalam kalbu, banyak lagi hal-hal yang bersifat rohaniah.
Diam hakikatnya adalah meditasi, berjalan ,tidur dan seluruh pekerjaan juga dilakukan dalam suasana meditasi, artinya tidak lepas dari kesadaran rohani, karena memegang teguh kesadaran rohani adalah meditasi.
Kehidupan wanaprastha adalah kehidupan meditasi, tetapi bukan berarti dikamar terus, hanya rohanimu dalam kondisi meditasi.
Sesudah dapat bersatu dengan alam apa lagi. Aku tidak tahu bagaimana keadaanku nanti setelah itu, sama seperti memasuki alam wanaprastha, tidak terbayang sebelumnya. Pintu akan terbuka pada saatnya, pelajaran baru akan diberikan pada waktunya ,jika kamu sudah menyelesaikan pelajaran sebelumnya
Sekarang aku belajar bersatu dengan alam, bersatu setiap saat, semua makhluk itu adalah bahagian dari diriku. Kenapa demikian,…? karena aku menuju kesana
Rasa persatuan dengan alam bisa melenyapkan rasa takut dan rasa rendah diriku, karena aku tidak lagi merasa kerdil, semua benda sudah aku lihat posisinya. Tugas pokokku sekarang ialah menyatukan perasaan dan pandanganku dengan alam semesta ini sesuai dengan kenyataan bahwa kita ini satu seperti keberadaan ombak besar dan ombak kecil bersatu dalam satu lautan.
Aktivitas fisik memang dapat membuyarkan rasa persatuan itu, akan tetapi dengan latihan terus menerus orang dapat melakukan aktifitas fisik tanpa melepaskan kesadaran macro-kosmosnya.
Pada masa grehastha, orang melakukan aktivitas fisik dengan kesadaran egonya, tanpa adanya kesadaran universal. Setelah memasuki kehidupan wanaprastha, kesadaran universal mulai muncul, walalupun dia masih melalukan kegiatan fisik. Memasuki kehidupan sanyasin, orang tersebut bisa melakukan aktivitas fisik maupun bathin tanpa meninggalkan kesadaran universal itu.

Nasakom Termasuk Budaya Bangsa

Bagi yang memahami budaa bang Indonesia, Nasakom termasuk budaya bangsa
Sukarno adalah seorang idealis, filosofis, dan spiritualis.
Seorang Idealis artinya dia mempunyai idiologi yang jelas batasannya dan tegas pelaksanaannya.Seorang Filosofis, artinya dia bisa membaca situasi secara fisikal, maupun metafisk, mempunyai pandangan global, empat dememsi , maksudnya dia bisa membaca dengan mata telanjang apa adanya, dan bisa juga membaca apa yang terjadi dibalik pandangan kasat mata itu, sehingga bisa menentukan arah perjalanan bangsa.. Kemudian seorang spirituali, artinya dia bisa menemukan Tuhan didalam dirinya, sehingga dia tidak merasa takut dengan apapun, dengan siapapun, karena akar ideologinya berada di alam spirit.

Suharto adalah murid Sukarno, dia mewarisi ketiga kretiria tersebut, maka itu keluarnya sp-11 maret bukan rekayasa pak Harto, tetapi Bung Karno sudah melihat, kemampuan Suharto.
Banyak jendral senior diatas pak Haro, diantaranya Jendral Nasution, kenapa sp-11 maret dipercayakan kepada seorang kolonel,.? Karena Suharto adalah murid idealis, filosofis dan spiritualnya sukarno , dia diperintahkan untuk menyelamatkan bangsa, itulah makna sp-11 maret. Kenapa Suharto membubarkan PKI, karena secara hukum, pki adalah pembrontak, mereka melakukan kupdeta . Dalam sidang Mahmilub, Suparjo mengatakan “saya masih memegang pasukan, sanggup menghadapi Suharto, tetapi Bungkarno memerintahkan saya untuk meletakkan senjata” Hal ini menunjukkan Sukarno lebih percaya kepada Suharto dari pada jendral2 lainnya.
Nasakom adalah ideologi gabungan antara Nasionalisme, Agamawan, dan Komunisme, sama dengan mengabungkan Macan, Beruang dan Singa dalam satu kandang. Semasih pawangya kuat, ketiga binatang itu masih bisa duduk dan makan bersama, walaupun saling memperliatkan taring dan kukunya.
Melihat pawangnya sudah sakit, diperkirakan sudah mati, beruang mengobrak-abrik kandangnya, kemudain pawang memanggil muridnya, dengan sp-11 maret diperintahkan untuk memperbaiki kandangnya.. Murid tidak sekaliber gurunya dapat menjinakkan ketiga binatang buas itu, dia ambil senjata, bruang yang sedang mengamuk ditembek dengan obat bius, akibatnya fatal. Beruang yang sudah koma dicabi-cabik oleh singa dan macan, terjadilah pembantaian yang tidak terkendali.
Singa dan macan yang sudah kenyang makan daging beruang, duduk manis, kesempatan itu digunakan oleh pawang kecil untuk memperbaiki kandang, makanya didalam kandang sekarang terdapat dua binatang buas,. Didalam darah macan maupun darah singa sudah mengalir darah beruang, maka itu sesungguhnya didalam kandang masih ada beruangnya yang tidak nampak,. Lihatlah ideologi komunis ada dalam agama, ada juga pada nasionalis tetapi partainya tidak ada.
Untuk menjinakkan kedua binatang buas itu, pawang masuk kedalam kandang mmakai baju kuning, makanya didalan kandang sekarang terdapat tiga penghuni, yaitu dua binatang buas dan satu pohon beringin.
Setelah pawang kecil mati, pohon beringin dimakan oleh singa, macan mohon belas kasihan singa agar jangan dikeluarkan dari kandang, maka singa memberikan dia sebuah kursi supaya macan duduk manis. Tinggal tunggu waktu saja, macan akan menjadi bianatang liar hidup berkeliaran diluar kandang, karena tidak lama lagi habitatnya sudah habis, mereka akan punah dimakan zaman.
Sama halnya dengan Panca Sila, Nasakompun digali dari budaya bangsa, karena panca sila kalau diperas menjadi Nsakom, kalau Nasakom diperas menjadia “Bineka Tunggal Ika”

Mari kita lihat kenyataan yang ada dalam masyarakat kita. Setiap hari jumat, banyak anak2 muda berkumpul diluar mesjid, cuwek mendengarkan kotbah/doktrin agama, setelah waktu sembahyang barulah mereka masuk,. Di Bali juga demikian, anak2 muda ngerumpi diluar sementara para pemangku melakukan acara yadnya didalam, setelah acara mebakti barulah mereka msuk. Gejala apa ini,..? hal ini menunjukkan bahwa anak2 muda percaya adanya Tuhan, tetapi tidak percaya kepada doktrin2 agama. Mereka lebih suka mendengarkan kotbah2 moralitas seperti kotbahnya kiayi sejuta umat., dari pada mendengar kotbah2 ortodok membawakan ayat2 zman Jahilih, yag tidak releven dengan zaman sekarang. Mereka yang masuk partai komunis, bukan mereka itu atheis, mereka orang beragama, percaya kepada Tuhan, tetapi menginginkan kehidupan sosial yang lebih adil dan merata,. Misalnya tuan tanah mempunyai banyak sawah, petani yang mengarap sawahnya hanya mendapatkan sepertiga dari hasilnya, apakah itu adil ? ,. Keadilan itulah yang dperjuangkan oleh pki, kaum buruh yang bekerja berat gajinya hanya sedikit, majikan goyang kaki, kekayaannya makin menumpuk, itulah tatanan masyarakat yang tidak adil. Dari situlah munculnya slogan kelompok proletar, kelompok marhaen, kelompok tertindas, yang memperjuangkan keadilan sosial bagi sluruh rakyat indonesia.. Itulah komunis Indonesia, yaitu komunis yang beragama, tetapi memperjuangkan kehidupan sosia yang lebih adil.. Lihatlah para pertani yang berdemo menuntut hak atas tanahnya yang diambil konglomeret, lihatlah pedagang kecil yang lapaknya dibuang , karena mengangu kenyamanan para konglomeret naik mobil, itulah tatanan masyarakat yang idak adil.
Di negara barat, negara2 yang sudah maju, bahkan dinegara komunis seperti Cina dan Rusia ideologi komunuis tidak dipakai lagi, walaupun mereka tetap menyebutkan dirinya negara komunis, tetapi dalam masyarakat sudah berkembang ideologi kapitalis..
Kalau di Indonesia maysrakatnya sudah hidup layak. Tatanan msyarakat sudah adil, ideologi komunis tanpa diberantas dia akan lenyap.. Demikian pula agama, yang berkiblat kebelakang setelah anak mudanya bisa berpikir realistis dan logis, doktrin agama akan ditinggalkan, agama akan dilindas oleh roda sciences dan moderisasi.
Akhinya nasinalismepun akan lenyap ditelan globalisasi.
Negara2 maju sudah mengibarkan bendera golabalisa, menentang keras proteksionis, apa artinya ini,..? Nasionalisme negara berkembang, apalagi negara miskin tidak ada artinya, karena hasil buminya dikelola oleh negara maju, kemudian dipasarkan kembali kepada penduduk pribumi dengan harga yang ditentukan mereka. Penduduk pribumi seperti mobil, cukup diberi bensin dan oli agar tetap bisa hidup, bisa bekerja menjalankan pabrik2 mereka.
Apakah kekuatan nasionalisme menentang golbalisasi,.? Bukan saja menentang, bahkan kita mengundang mereka datang, karena kita tidak mempunyai kemampun untuk berdiri.
Korea, Cina, Vitnam, dan India “bangkit”, setuju dengan globalisasi dan menentang proteksionisme karena mereka akan mendapat keuntungan.
Indonesia mendapat keuntungan berupa lapangan kerja, sama dengan mobil, diberi upah cukup untuk hidup, dan akan terus eperti itu sampai hasil bumi kita habis. Kita tidak mempunyai pilihan lain, kita seperti orang kampung yang kaya, mempunyai uang banyak dipercyakan kepada orang kota menyimpan uangnya di bank, orang kampung sudah senang, bisa hidup enak tanpa bekerja. Di Bali orang ngumpul kekayaan, sudah banyak uang buat yadnya, yang biayanya puluhan sampai ratusan juta. Orng Islam ngumpul uang, sudah banyak naik haji. Ada juga orang banyak uang tetapi tidak tahu unuk apa uangnya,, mereka masukkan di bank penipu, akhirnya uangnya habis percuma.
Saya sarankan kepada mereka yang banyak uang, marilah kita bermain, buat usaha sebagai suatu permainan, santai tetapi serius, buat suatu usaha apapun , jangan takut gagal, karena hidup ini adalah permainan, uang itu datang dan pergi. Pemikiran yang demikian akan menimbulkan ide-ide bisinis, kemudian akan berkembang menjadi bisinisman.
Mari kita bangkit agar kita tidak menjadi mangsa globalisasi, tetapi kita ikut menjadi pemangsa (madeteling@plasa.com)

Berani Menulis Harus Berani di Kritik

Berani Muncul, Berani Ditelanjangi,....
Sebelum anda putuskan untuk melempar tulisan anda di porum kompasiana , atau di media manapun, anda harus siapkan mental legowo terlebih dahulu, carakter emosionil, dan cepat tersinggung harus disimpan dulu dalam hati yag paling dalam.

Demikian pula jika anda mau jadi pemimpin, menjadi presiden, seharusnya anda sudah siap mental untuk ditelanjangi, dikritik habis-habisan, sebab apa yang anda tulis, apa yang anda kemukakan dimuka umum, belum tentu disambut baik oleh semua orang. Ada yang setuju, ada yang tidak, bahkan ada yang menuntut anda dipengadilan, karena merasa tersingung.

Mari ambil contoh seorang pelawak,..dia muncul dipangggung memperlihatkan adegan2 atu kata2 yang dianggapnya lucu, tetapi penonton tidak ada yang tertawa, bahkan banyak yang keluar, sehingga anda keihatan bicara sendirian tanpa penonton.

Sampai dirumah semalaman anda tidak bisa tidur, karena tidak siap mental untuk menerima kenyataan, lebih fatal lagi anda menjadi demam panggung, stress yang berkepanjangan, lari kenarkoba, minumn keras, dll. Akibatnya lebih fatal lagi yaitu mucul penyakit yang tidak bisa disembuhkan, yang menidurkan anda untuk selamanya, Itulah sebabnya kenapa public figure banyak yang mati muda, karena terror mental yang berkepanjangan.

Anak panah yang lekas patah adalah bagian ujungnya, jika anak panah mempunyai mata yang tajam, dan bahan kuat, dia akan bisa menembus apapun sasarannya, demikian pula seorang pemimpin idealis yang mempunyai pandangan yang tajam dia akan dapat mengatasi masalah bangsa bagaimanapun rumitnya..

Filosofis seorang pemimpin ialah “biar hidup sehari asal berarti”, tetapi pemimpin sekarang adalah para politikus. Filosofis politkus adalah “ Yang penting Naik”, kalau dia naik dengan menjual harga diri, apa bedanya dengan pelacur,..?

Contohnya kita lihat pada Golkar, Surya Palo adalah sorang Idealis, dia ingin memberikan Golkar “R o h” memberikan identitas dan harga diri, kalah dengan poilitisi lain yang menggadai pohon beringin dengan sebuah kursi, demikian pula PKS dan PPP, menjual idealisme partai dengan sebuah kursi.

Gus Dur Kalah dengan Muhaimin, karena Muhaimin adalah seorang politisi, sedangkan Gus-Dur adalah sorang Idealis. Gus menjadi presiden hanya sesaat, tetapi menegakkan keadian beragama di Indonesia, WNI keturunan sangat berteima kasih kepadanya. Habibi dengan jabatan singkat, membebaskan Indoinesia dari beban Tim-tim. JK seorang idealis hanya sebagai wakil presiden dapat menyelesaikan masalah poso, ambon dan aceh, karena memiliki pemikiran yang realistis dan objetif. Sekarang Sby sebagai seorang politis ulung, dikelilingi oleh politis-politisi muda, menyelesaiakan masalah Century saja belarut-larut, malah melebar ke kriminalisai kpk. Minta bantuan idealistis Buyung N, malah menjadi buah simalakama, sebab pemikiran idealis bertentangan dengan pemikirin politisi, untu itu dipakailah piple power/demo untu membatalkan pemikiran idealis.. Negara kita sedang sakit dikusai oleh para politisi yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan.,

JK kalah dengan SBY karena JK adalah seorang idealis , JK bisa mengeluarkan dengan cepat apa yang ada dalam pikirannya , tetapi SBY lambat, karena menimbang untung ruginya, minta pendapat kiri-kanan, tidak bisa melihat apa seharusnya yang diperbuat. Kalau yang memberi pertimbangan salah, maka keputusannyapun akan salah, misalnya waktu memperlihatkan rekaman pelatihan Teroris, ternyata rekanam itu sudah kedaluwarsa. Demikian pula waktu menunjukkan data kemiskinan, ternyata data itu diambil dari data beberpa tahun yang lalu.

Mengenai Bank Century, JK dgn cepat melihat soal bank century adalah perampokan, tetapi para politisi masih baku cakuk mencari-cari kebenarannya, bahkan sby sampai sekarang belum ada komentarnya, karena dia tidak tahu harus bilang apa. Untuk menilai kinerja polri dan jaksa, presdien bentuk tim-8, kemudian Tim-8 memberikan hasilnya, Sby malah tambah bingung, minta lagi pertimbangan polri dan jaksa untuk menyikapi usulan tim-8, berarti usulan tim-8 dinilai oleh polri dan jaksa , lingkaran tertutup tidak ada ujungnya,

Soal kpk, membaca kronologis dari penyudutan kpk, sampai tindakan kriminailsai kpk, dengan jelas dapat dibaca sandiwara penghancuran kpk dengan tumbalnya adalah nasarudin.
Seorag pakar hukum yang idealismenya kuat dengan lantang mengatakan bahwa ada rekayasa besar dibalik semuanya ini. Kenapa para politisi dan para pejabat masih mencari-cari kambing hitamnya..? malah membuat reklama politik menjadikan anak2, ibu2, dan pemuda2 kolokan menjadi artis reklame jalanan.

Opini publik umumnya objektif, kecuali bintang reklama, dia membuat opini palsu dengan bayaran. Opini publik muncul dari hati nurani, opini reklama mengingkari hati nurani demi keuntungan material. Opini reklama termasuk komentator para pakar yng bisa dibeli, Opini palsu akan berlalu tanpa kesan, tetapi opini objektif akan dicatat dalam sejarah bangsa.

Pemimpin sekarang adalah para politisi, tidak ada kelompok idealis yang bisa menjadi ujung tombak menerobos kebodohan dan kemiskinan. Pemimpin bangga dengan hasil bumi yang melimpah, tetapi rakyat menjadi buruh dinegeri orang, bahkan dinegeri sendiri.

Kalian kalangan idalisme muda, ditunggu rakyat untuk menjadi pemimpin yang mampu mengangkat martabat bangsa dari bangsa kuli menjadi bangsa pengusaha. Untuk maju jangan takut dicerca asal berjuang didalam idealisme seindiri.

Untuk menjadi seorang idealis, “berpikirlah objektif dan realistis” itu merupakan akar yang kuat untuk mempertahan pendirian dari cercaan kritikus yang datang ari alam subjetifitas. Palto dan sokrates lebih suka mati, dari pada mengakui kebodohan, demikian pula Pujangga Joyo Boyo lebih baik mati dari pada ikut kebobrokan tradisi istana.

Berbeda dengan mati atau dipenjara karena merampok, atau mempertahankan ajaran agama, hal itu bukan idealisme, tetapi fanatisme, sama dengan kebodohan, diperalat orang lain, seperti ayam jago yang diadu sampai mati. Hakikat dari para bomber, adalah idenya sudah mati sebelum fisiknya mti , mereka sudah kemasukan idelais doktrin, sehingga doktrin itulah yang menggerakkan mereka.
Tetapi anda harus sadar, “tidak ada rumus yang baku” untuk mencapai sukses, anda harus siap gagal dan siap berhasil, semua itu tergantung program hidup anda. Jalannya sejarah berada diluar jangkauan imajinasi anda., sebab program hidup anda tidak berdiri sendiri melainkan masuk dalam tatanan program universal, saling kait mengait dengan program2 yang lainnya. Atas dasar itu janganlah takut maju, semua itu pasti anda akan lalui.
(madeteling@plasa.com)