Selasa, 20 Oktober 2009

Aku Seorang Pembunuh

Aku Seorang Pembunuh.
Sewaktu aku kecil aku bercita-cita menjadi orang saleh, dermawan, menjadi guru agama, menuntun orang kejalan yang benar sehingga aku dohormati dan disanjung oleh banyak orang. Tetapi apa jadinya sekarang,...? tanpa aku sadari aku sudah menjadi seorang pembunuh yang kejam, dan dalam waktu yang singkat hidupku sudah berubah menjadi seorang narapidana yang ditakuti dan dibenci oleh masyarakat. Aku tahu bahwa inilah nasibku, tetapi aku tidak bisa terima kenapa nasibku seperti ini,? Dalam keadaan sadar, aku tidak perlu diajar mana yang baik dan mana yang buruk, tetapi dalam suasana yang gelap gulita, tentang dirimu sendiri kamu tidak kenal, sehingga dengan mudah kamu digiring masuk kedalam pintu nasib yang tidak kamu kehendaki. Itulah yang menjadi Tuntutanku terhadap Tuhan, agar kesalahanku ditunjukkanNya dengan adil. Semenjak aku sadar sebagi manusia, aku tidak pernah berbuat dosa setimpal dengan hukuman yang aku terima, demikian pula orang tuaku. Jika seumpama nasib yang aku terima ini berasal dari dosa orng tuaku, kenapa nasib orang tuanku lebih baik dari diriku,..? Kalau kamu katakan berasal dari dosa turunan nenek-moyangku, kenapa kamu bisa hidup mewah dalam kemunafikan dan kejahatanmu, bukankah nenek moyangmu sama dengan nenek-moyangku,..? Pak guru katakan "besabarlah dalam percobaan, nanti Tuhan akan memberikan rahmatnya" Tentang bersabar, aku tidak perlu diajar lagi, kesabaranku sudah melebihi kesabaran bukit salju, tetapi apa gunanya Rahmat Tuhan jika usiaku sudah usur ? Apa gunanya aku diberi daging rusa, kalau gigiku sudah ompong,? apa guanya aku diberikan istri cantik kalau sumsumku telah kering? Biarlah Tuhan dengar apa yang aku katakan didepan angin.
Setelah keluar dari penjara, apakah aku temukan kebebasan,..? Ada tembok tebal tanpa pintu, setitik cahayapun tidak aku lihat, benar-benar jalan gelap dan buntu, lebih baik hidup dalam penjara ada makan dan tempat berlindung. Semua mata memandangku dengan curiga, sebaliknya aku tidak merasa curiga kepada siapapun, karena tidak ada sesuatu yang bisa dicuri dariku. Hanya rasa lapar, panas dan dingin menjadi santapanku setiap hari. Seorang wanita malam duduk disampingku, aku membisu karena, hatiku beku. Rupanya dia mengetahui hal itu dari raut mukaku yang sedih. Terdorong oleh rasa keibuannya, dia menyodorkan aku sepotong roti, sambil menyapa dan memulai ceritranya.
Pelacur: Kamu tahu aku pelacur, semua orang juga tahu, tetapi aku tidak pernah bermimpi, apalagi bercita-cita menjadi pelacur.
Semasih kanak, sampai remaja, hidupku penuh ceria dan harapan, tetapi memasuki masa dewasa, wajahku yang lumayan menjadi bencana bagiku. Guru agama yang mengajar keimanan, susila dan moralitas merengut kegadisanku dengan paksa, sehingga demi hukum agama dan moralitas aku harus menjadi istri kedua. Karena pak Guru kaya dan terkenal, bapakku menyetujui dengan mas kawin yang lumayan, tetapi hatiku pedih laksana disiram air cuka, sehingga hidupku seperti di neraka lapis kedelapan. Bukan saja kehidupan sexku dirampas, tetapi hak asasiku, harga diriku, bahkan jiwaku harus aku korbanku untuk kesenangannya.
Tidak tahan hidup dalam rumah kemunafikan itu, aku minta cerai, meninggalkan rumah suawi dan rumah orang tuaku, aku hidup bebas sebagai kupu-kupu malam. Aku mulai menyadari benih guru munafik itu telah tumbuh dalam rahimku, aku segra pergi kedokter aburtus. Dokter banyak berceritra tentang hukum agama dan moral, tetapi aku katakan bahwa aku adalah murid agama yang taat dan cerdas, aku tahu semua itu, tetapi yang aku tidak tahu, kenapa Tuhan memberikan aku jalan buntu seperti ini,? Kalau abortus dilarang Tuhan, kenapa Tuhan buat aku seperti ini,..?kalau dilarang agama, kenapa demi agama mereka melakukan pembunuhan, pembakaran dan perajaman, siapakah yang membenarkan mereka merampas hak azazi manusia,.? Orang2 munafik hanya membenarkan dirinya sendiri tanpa melihat posisi dan nasib orang lain. Kalau dokter tahu tentang nasib itu, katakanlah kepadaku, kalau tidak tahu, biarlah aku menjalani nasibku sendiri.
Akhirnya dokter memberikan aku obat pembunuh benih biadab itu, aku bebas seperti laron terbang dari dalam tanah menuju langit yang penuh pemangsa. Aku tidak takut celaka bahkan mati sekalipun, lebih baik mati raga asal jiwaku bebas, daripada hidup raga tetapi jiwa terkubur. Aku memang penjual sex untuk makan, tetapi dengan harga yang sepantasnya aku terima, bukan mengorbankan segala galanya untuk kepentingan laki2 yang berlindung dibawah panji2 agama, moralitas, susial dan hukum, dengan mencabut segala kebebasan individuku baik moril maupun batin orang lain. Aku tahu kamu tidak mempunyai duit untuk membeli sexku, tetapi harga sex bukan saja bisa dibeli dengan duit, dengan kasih sayang dan cintamu yang tulus kamu bisa mendapatkan sex bahkan kasih sayangku.
Pembunuh: Aku diam bukan berarti aku tuli dan bisu, tetapi hatiku telah beku.
Aku mendengar apa yang kamu katakan, bahkan lebih mengerti daripada dirimu sendiri, tetapi apa gunanya kita mengumpet ini dan itu,? sebab semua perkara ini adalah dari Tuhan. Kamu membaca kitab suci, "semua dari Allah dan kembali kepada Allah", kamu melagukan setiap saat "Aku berlindung kepada Allah" tetapi dalam menghadapi sesama manusia kamu seolah-olah menjadi wakil Allah, menghakimi orang lain dengan hukummu sendiri.
Guru agama memperkosamu tentu ada sebabnya, karena wajahmu cantik dia tidak bisa menguasai dirinya, orang tuamu menyetujui pernikahanmu tentu ada sebabnya, supaya keluarga tidak menanggung aib, dan kamu minta cerai tentu ada sebabnya, karena jiwamu tertekan. Semua akan berjalan wajar kalau kita bisa meneriman apa adanya, karena itulah realitas dan kebenaran.
Dalam keadaan sadar banyak orang mengaku bergama, dan rajin sembahyang, tetapi seketika menjadi biadab, membakar dan membunuh, setelah matanya kalap, kemudian menyesal setelah berada dalam penjara Aku membunuh dengan kalap, masuk penjara dengan tabah, keluar penjara dengan sabar, menatap masa depan dengan kosong. Engkau mengharapkan cinta kasih dariku, sebenarnya cinta kasihku telah lama terbang dibawa angin, aku tidak berhak menerima imbalan yang sedmikian besar darimu. Janganlah kita terperangkap untuk kesekian kalinya, sebab kesenangan yang kamu tawarkan itu mengandung resiko yang sulit dibayangkan. Marilah kita jalani hidup yang kelabu ini sebagaimana adanya tanpa menambah kekalutan baru, aku hanya akan menuntut kepada Dia yang menyebabkan aku ini menderita. Tahukah kamu,...bahwa sex itu adalah jebakan maut bagi laki-laki dan senjata pemungkas bagi perempuan. Laki-laki dan perempuan tidak berdaya menghadapi ulah permainan sperma dan indung telur yang selalu ingin ketemu. Sementara kami asik ngobrol, pemuda pemabuk yang selama ini tidur disebelahku mulai angkat bicara.
Pemabuk: Aku memang tidur, tetapi tidak pules, aku dengar apa yang kalian bicarakan, tidak ada yang baru bagiku, semua lagu lama, nasib apes jatuh kedalam dosa. Aku disini bukan seperti kalian, aku tidak perlu membicarakan dosa dan nasib, biarlah semua berlalu seperti jalannya siang dan malam.
Narkoba adalah duniaku, mulanya aku hanya iseng, karena pusing memikirkan masa depanku, tetapi sekarang aku temukan bahwa narkoba adalah masa depanku..Orang2 sok moralis menyebut aku sesat, cobalah tunjukkan dimana kesesatanku. Aku makan apa yang aku senangi,. apakah itu sesat? Kalau hal itu dikatakan merusak kesehatan, apakah bedanya dengan mereka yang menyantap kolestrol, mengisap tembakau, minun alkohol, kopi dan sebaginya itu, bukankah hal itu juga memperpendek umur, kenapa mereka tidak dirasia,..?
Aku dituduh merusak masa depan bangsa, lihatlah bangsamu sekarang, anak muda prustrasi tanpa masa depan, sebab sejak kecil mereka dimanjakan, dididik menjadi klas konsumtip. Orang tua berhutang dolar, membangun dengan hutang, anak2 dimanja, dibanjiri barang2 luar negeri, sehingga mereka kehilangan semangat untuk berkarya. Sekarang hutan rusak, minyak bumi habis, hutang menggunung, petani kehabisan darah, maha siswa dan pemuda hanya bisa berteriak, lapar, lapar,..inikah yang disebut harapan bangsa..? inikah yang disebut masa depanku..? Mereka menuduh aku merusak masa depan bangsa, apakah mereka buta, bahwa aku adalah masa depan bangsa yang rusak.? Bukan saja hasil bumi dan semangat bangsa yang rusak, budaya bangsa juga dirusak sehingga kita tidak mengenal identitas kita sendiri.. Waktu kecil, aku kagum melihat wanita Indonesia memakai kebaya, sanggul, kain batik dan sandal sangat serasi, seksi dan indah dipandang. Lihatlah sekarang, sanggul mereka buang digantikan dengan kerudung, blangkon di buang digantikan dengan sorban, kain batik diganti dengan blu-jin pemudanya pakai sumpel, bibir merah, gelang dan rantai persis kaya betina apakahal itu tidak merusak budaya bangsa,..? apakah mereka buta semua,..?
Wakil rakyat bersidang, memilih putra terbaik bangsa sebagai presiden, hasilnya adalah presiden buta. Hal ini menandakan suara rakyat diwakili oleh orang2 buta, bahkan ketua MPRnya adalah Resi Drona hidung bengkok yang sudah terkenal kecurangannya..Presidennya orang buta, ketua MPRnya hidung bengkok, sama dengan Raja Dresterasta yang buta didampingi penasihat Resi Drona dan Sangkuni, hasilnya ialah kehancuran bangsa Kurawa.. Apa yang bisa diharapkan dari mereka,.? Lebih baik aku tidur menikmati mimpi, kalaupun mati lebih baik lagi.
Pembunuh: Keluh kesahmu adalah keluh kesahku juga, tetapi aku tidak akan menyalahkan mereka yang kamu anggap sebagai sumber bencana bagimu, mereka semua adalah pemain, pembunuh, pelacur, pemabuk semua adalah pemain menyalahkan satu sama lain adalah kebodohan..
Presiden yang buta, juga menderita karena kebutaannya, ketua MPR yang culas juga menderita karena keculasannya, kita semua menderita karena permainan nasib yang kamu tidak kenal. Kamu kira orang yang banyak harta itu senang,..? mereka itu seperti keledai dungu yang mengangkut harta benda dipunggungnya, semua itu akan dibagikan kepada mereka yang membutuhkan, sedangkan dia akan diberikan rumput sebagai makanannya. Kamu kira menjadi pemimpin itu senang,..? mereka itu sebagai bunga kertas yang dielu-elukan, sesudah habis dipakai mereka dicampakkan kedalam keranjang sampah.
Siapa yang merancang semua permainan ini,..? Dialah yang kamu Sebut Tuhan Yang Maha Bijaksana. Kamu pernah menonton wayang kulit bukan,..? yang kamu lihat dari depan layar adalah bayangan yang bergerak, berkelahi, saling rangkul dan berbagai adegan lainnya sesuai jalan ceritranya. Wayang itu tidak berbuat apapun juga, mereka semua berasal dari kulit yang dibentuk dan dimainkan oleh dalang. Demikian pula aku, kamu dan semua mereka itu adalah tanah liat yang dibentuk, lalu dimainkan dalam alam Maya ini. Kamu tidak sadar akan permainan itu, maka itu kamu menyalahkan teman2 senasibmu, sebaliknya menyembah Dia yang mempermainkan nasibmu sebagai Tuhan. Aku tidak demikian,. aku lihat teman sepermainanku sebagai senasib dan melihat Dia sebagai tertuduh yang harus dihakimi oleh manusia dengan hukum2 manusia juga. Marilah kita tanyakan hal ini kepadaNya dalam kesempatan berikutnya.
iteling@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar