Jumat, 20 November 2009

PERJALANAN MEDITASI-3

Perjalanan Meditasi pada hari ketiga adalah sbb
Perjalanan dalam meditasi adalah petualangan. Inilah petualanganku hari ke 3.
Mulai hari ini, selasa 28 Mei 1996, aku masuk ke-alam sana, yaitu alam wanaprastha. Aku mulai selusuri dari mana datangnya rasa tentram dan rasa nikmat dalam alam meditasi itu.
Rasa asik dan tentram itu muncul sesaat aku keluar dari kehidupan fisik, disana aku dapat menikmati alam kehidupan rohani, tetapi kenikmatan itu segra buyar setelah pikiran-pikiran bawah sadar muncul meraja-rela menguasai alam meditasi. Pikiran2 liar itu amat kuat, sukar dikendalikan sehingga aku lebih baik keluar dari alam meditasi . Pada waktu ini aku gagal, tetapi aku belum menyerah.
Pekerjaan awal dalam kehidupan wanaprastha ialah membersihkan bathinku dari kesan2 yang ditimbulkan oleh gejolak kehidupan masa lalu, sesudah itu baru aku bisa hidup dalam alam rohani yang lebih tenang.
Setelah aku masuk ke dalam alam rohani, selanjutnya aku harus mempertahan-kan kondisi itu, mempertahankan kesadaran rohaniku, walaupun aku berada dalam aktivitas fisik. Dari dalam alam rohani, aku dapat melihat kehidupan duniawi seperti menonton komidi putar.
Dalam permainan tesebut aku melihat keadaan anak-anak bermain, menangis dan tertawa, sama seperti kehidupan duniawi dimana orang2 berburu kesenangan tanpa mengenal lelah, sambil menangis dan tertawa mereka bergulat satu sama lainnya.
Menonton kehidupan ini dapat juga diumpamakan seperti menonton arak-arakan atau pawai orang-orang liar, muncul dari kegelapan menuju kesuatu tempat yang gelap pula. Dalam pawai itu, ada yang diusung, ada pula yang diinjak-injak sampai mati. Ada yang menangis kemudian tertawa, mereka semua berada dalam kegelapan.
Kalau aku sudah bisa mempertahankan kesadaranku seperti itu,barulah aku bisa keluar dari alam hutan meditasi. Sekarang baru aku tahu kenapa orang bisa mendapatkan kebahagiaan didalam kesunyian meditasi. Hal itu disebabkan karena mereka berada diluar keributan dunia ini sehingga mereka tidak ikut di-injak2, tidak kena panas dan dingin, karena mereka berada diluar arena. Masalahku sekarang ialah bagaimana caranya agar aku bisa tetap berada diluar arena tersebut. Tindakan pertama ialah memperjelas dan mempertahan-kan pengertian, yaitu pengertian tentang keberadaanku disini, untuk apa dan mau kemana aku ini.
Dalam meditasi aku selalu diganggu oleh pengalaman kehidupan bawah sadar, berupa memori-memori yang muncul dipermukaan untuk minta perhatian. Untuk menjinakkan keganasan alam bawah sadar, aku putar lagu-lagu rohani yang lembut, atau gambelan lelambatan.
Gambelan maupun lagu2 tersebut memang bisa mengusir gangguan bawah sadar, tetapi akibatnya memoriku dipenuhi oleh kesan-kesan gambelan itu sendiri, sehingga timbul gangguan dari alunan lagu2 tsb.
Sudah lama aku rindukan untuk pergi kesuatu tempat yang sunyi, entah dimana. Sekarang aku dihadapkan pada kesempatan dan kondisi yang memungkin-kan aku untuk itu, oleh karena itu aku harus pergi bekelana di alam bathin seorang diri.
Apakan aku harus berpantang keras atau bertapa untuk mencapai kebebasan rohani itu,..? Aku pikir kebebasan rohani itu sudah ditargetkan bagi setiap orang, tinggal menunggu saatnya tiba, sebab setiap orang sudah diproces kearah itu.
Apakah orang yang memaksa, atau yang berusaha keras mencapai kebebasan rohani itu salah..? Dalam hal ini tidak ada yang salah tergantung kesempat-an dan kemampuan masing2 orang, menjalani hidup sebagaimana adanya juga tidak salah, nanti tiba saatnya mereka tidak bisa lagi santai.
Jika mereka memang mampu melakukan salah satu jalan kehidupan, hal itu merupakam pilihan yang paling baik, apakah jalan cepat atau jalan santai, tetapi jika hal itu sukar baginya, memaksakan diri merupakan jalan yang tidak baik, bahkan bisa dibilang sesat.
Persoalannya ialah, ego manusia itu terdiri dari kumpulan memori2 dan kesan-kesan terhadap pengalaman bathin. Sebelumnya memori kita telah diisi persoalan2 duniawi, kemudian diganti dengan kesan2 lagu2 rohani, dengan demikian kwalitas ego kita akan meningkat.
Jika aku sudah dapat menempatkan egoku pada alam meditasi secara permanen, maka aku tidak akan dipengaruhi lagi oleh gejolak dualisme baik dan tidak baik. Sekarang egoku masih dalam tahap idealis, oleh karena itu sangat dipengaruhi oleh prilaku moral dan amoral, selanjutnya aku akan meningkatkan kwalitas egoku sampai ke alam “ Tao “ yait alam netral
Dalam kehidupan meditasi, membersihkan bathin dari segala kotoran duniawi mutlak harus dilakukan dengan cara pemahaman segala hakikat, dan penyerapan sinar illhi. Merubah fisik kearah yang lebih jinak dapat dilakukan dengan mengatur makanan dan kebiasaan hidup.
Kebiasaan hidup yang memanjakan fisik, harus segra dihentikan. Hal ini bukan berarti kebutuhan fisik yang harus diturunkan sampai ketingkat minimal. Bukan pula sengaja menyiksa fisik dengan tidak memberikan apa yang dibutuhkan sehingga dia sakit.
11/6-1996. Badanku kena penyakit yang aku tidak cari, tetapi dia datang juga walaupun aku sudah berusaha menghilangkannya dengan berbagai cara, tetapi penyakit itu tidak mau hilang. Aku berpikir,bukan karena kepintaran, bukan pula karena kesucian seseorang terhindar dari penyakit, melainkan karena sudah tersurat demikian.
Dalam menghadapi penyakit, jangan panik melainkan lakukan apa yang mungkin bisa dilakukan, jangan memaksakan hal yang tidak mungkin bisa dilakukan. Belajarlah menikmati penyakit, sebab setiap kondisi kehidupan ada sisi baik dan sisi buruknya.
Aktivitas rohani yang utama ialah membebaskan diri dari ikatan fisik. Penyakit yang aku terima ini merupakan ujian, atau test pertama dalam menjalani kehidupan wanaprastha ,oleh karena itu tidak ada obat yang bisa menyembuhkan kecuali sudah waktunya sembuh.
Sekarang aku kena penyakit, tentu ada maksudnya, aku tidak perlu cari apa sebabnya, karena penyebab itu bisa dibuat dengan cara apa saja. Maksud kedatangan penyakit ini ialah sebagai bahan ujian dari bathinku, dia menguji aku tentang pengertian dan ketahananku terhadap penyakit.
Caranya aku menghadapi pennyakit itu ialah : aku keluar dari kesadaran fisik, aku berusaha selama mungkin berada dalam kesadaran rohani, karena di alam rohani aku tidak dipengaruhi oleh fisik. Demikian pula halnya dalam melakukan kegiatan fisik, usahakan rohanimu bebas dari pengaruh fisik. Aku boleh melakukan kegiatan fisik seadanya, tetapi rohaniku tetap bersih.
Kesalahan dan tindakanku yang bodoh, 14/6-98: misalnya. : Pergi ketempat rekreasi, menemui sehabat dekat untuk diajak ngerumpi, bicara soal-soal politik sehingga emosi ikut terlibat, hasilnya kotoran bathin masuk lagi. Memikirkan sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan merupakan kebodohan, oleh karena masukan dari teman maupun dari membaca koran adalah lebih banyak ruginya daripada untungnya.
Mulai sekarang aku akan berhenti membaca koran, berhenti makan daging, karena aku harus konsisten dengan sikap wanaprastha, yaitu sikap tidak campur urusan duniawi, termasuk memberi penilaian atas baik buruknya atau benar salahnya suatu persoalan.
Walaupun fisikmu terasing, tetapi emosi dan jiwamu masih ikut keramaian duniawi termasuk segala macam persoalannya, ini berarti kamu belum berada di alam wanprastha. Aku sadari tindakanku salah, walaupun demikian aku belum menyerah, karena masuk alam wanaprastha bukan seperti masuk pasar, melainkan seperti masuk hutan rimba.
Dalam perjalanan itu kamu harus melalui hutan, desa dan dusun. Ada saatnya nanti kamu akan tiba di suatu tempat yang benar-benar sunyi, yang ada hanya kamu sendiri. Dalam hal ini jangan kamu takut, jika kamu menoleh kebelakang kamu akan menjadi patung garam seperti istrinya Lot.
Sekarang aku masih terlibat emosi masa lantaran membaca kora, sekalipun aku sudah tahu, sudah sadar bahwa mereka yang bertikai itu hanya dalam permainan sandiwara dunia, sifat dan tingkah laku mereka semua direkayasa sejak awal hidupnya.
Kenapa emosiku masih terlibat,…? Karena didalam dirimu masih ada unsur idealis. Masih ada kotoran bathin yang menyebabkan bathinmu berada pada alam bawah, walalupun kesadaranmu sudah berada diatas.
Membaca koran merupakan tindakan bodoh, karena memberi makan pada idealisme buta tersebut, tetapi bisa juga memberi keuntungan bagi bathin, karena bathin itu dibakar dengan api yang lebih keras sehingga kwlitas bathin bisa lebih baik .
Koran adalah pintu masuknya virus emosi kedalam bathin, makanan adalah pintu masuknya unsur-unsur yang melakukan perubahan fisik, oleh karena itu melalui makanan kita bisa merubah fisik , sesuai dengan yang dikehendaki, seperti memberi pupuk bagi tumbuh-tumbuhan.
Apakah aku tidak menyalahi Tao, jika aku tidak mau membaca koran, karena merubah dari yang sewajarnya menjadi yang tidak wajar adalah tindakan melawan kodrat. Manusia harus makan sesuai dengan seleranya, dan berbuat sesuatu sesuai dengan panggilan hati nuraninya.
Masalah wajar dan tidak wajar sangat relatif. Seorang grehastha wajar banyak tahu tentang ini dan itu, tetapi seorang wanaprastha apa perlunya mengetahui urusan orang lain, sebab pengetahuan itu akan menjadi kotoran bathin, oleh karena itu wajarlah jika dia tidak membaca koran.
Demikian pula tentang makanan, seorang grehatha wajar makan cukup karena dia memerlukan fisik yang kuat, tetapi seorang wanprastha tidak memerlukan fisik yang istimewa bahkan cendrung berlawanan dengan fisik grehasta, misalnya respons terhadap lingkungan berkurang, daya ingat dan daya pikir berkurang, karena orang wanaprastha lebih banyak hidup di alam rohani sedangkan fisiknya makin lemah dan akhirnya mati.
Bagaimana dengan masukan musik, lagu-lagu rohani dan gambelan,….? itupun harus sudah ditutup, sebab dia akan menjadi kotoran bathin, beda halnya jika pada awalnya bathin kita dipenuhi oleh kotoran yang lebih padat, digantikan dengan kotoran musik rohani masih ada manfaatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar