Rabu, 25 November 2009

Memperkenalkan Agama Hindu Bali.

Memperkenalkan Agama Hindu-Bali
Saya sebagai orang Hindu ingin menulis tentang agama Hindu, tetapi tidak mudah menyimpulkan ajarannya, seperti menyimpulkan agama2 lain yang ada nabinya.

Ada yang menyebutkan agama Hindu ditulis oleh Begawan Abiayasa, tetapi agama Hindu sudah ada sebelum zaman Beratha. Abiyasa adalah kakek dari ketuturanan Beratha. Jauh sebelumnya ada Ramayana dimana manusia dan monyet masih berkalaborasi. Kalau Empu Walmiki yang menulis Ramayan dikatakan sebagai penulis agama Hindu, agama Hindu sudah ada sebelum zamannya Ramayana Saya tahu nabi2 agama lainnya tetapi agama Hindu yang saya bawa sejak kecil saya tidak tahu nabinya. Ajarannya juga demikian, saya tidak tahu batasannya, Tatwanya sampai dimana, Susilanya sampai dimana, apalgi upakranya sangat sedikit saya ketahui. Saya memberanikan diri menulis ini sekedar memperkenalkan agama Hindu yang minoritas, agar mereka yang tidak tahu, tidak memberi penilaian yang salah kaprah.

Saya ambil sebuah contoh ayat Begawan Gita sbb: “mereka mengatakan tentang pohon kehidupan yang abadi, yang mempunyai akar diatas dan cabangnya dibawah, daunnya adalah weda2 , Ia yang mengtahui ini, ialah yang mengetahui weda2.. Weda itu diturunkan pada kondisi dan situasi dimana manusia membutuhkan bimbingan dalam menjalankan darmanya. Sekecil apapun kelompok masyararakat bahkan individu sekalipun , yang mendapat bimbingan spiritual, bimbingan itu adalah weda2 yang asalanya adalah dari pohon kehidupan. Pohon kehidupan bukan dalam wujud fisik, melainkan dalam wujud otoritas yang berasal dari alam sorgawi, tetapi implementasinya atau operasionalnya yang disebut daun dan berada di alam maya.
Turunnya sorang nabi, seorang ilmuan, seorang kesatria, seorang pahlawan yang membawa ajaran2 moralitas, spiritual, maupun sciences, adalah wujud dari cabang dan daun kehidupan. Wahyu2 atau inspirasi yang diterima manusia adalah daun2 kehidupan yang akarnya terletak di alam sorgawi.

Mempelajari dan menhafal catur weda, bukan berarti sudah mengetahui weda2 Bung Karno membawa Panca-Sila sebagai dasar kehidupam bernegra bagi bangsa Indonesia juga bisa disebut weda. Semua ajaran agama, semua kitab2 suci agama adalah bahagian dari weda. Seorang sulinggih mengatakan kepad saya “ Smua agama masuk dalam ajaran agama Hindu, sebaliknya tidak ada satupun agam yang bisa menampung ajaran agama Hindu”

Semua ajaran2 yang diberikan kepada manusia, baik untuk kebaikan manusia maupun untuk kehancuran manusia masuk dalam weda, misalnya pendeta atau sulinggih yang menjual pengeliakan disebut “ngiwa” artinya bisa kiri/kejahatan bisa juga kanan/kebaikan.
Weda mengajarkan kejahatan yang paling jahat dan kebaikan yang paling baik. Hal itu ditunjukkn dalam Tri-Murti, dimana Siwa dgn istrinya Dewi-Durga adalah wujud kejahatan yang paling jahat, sedangkan Wisnu dengan istrinya Dewi Seri, adalah kebaikan yang paling baik. Dewi Sri adalah dewi padi yang melambangkan kemakmuran.

Oleh karena itu moralitas agama Hindu berada dalam keseimbangan antara baik dan buruk, sebab baik dan buruk itu ada pada diri setiap manusia. Tidak mencerca orang berbuat jahat, , tidak juga mendewakan orang berbuat baik, sebab suatu ketika diapun bisa bebuat jahat.

Kerangka Agama Hindu.
Seperti kerangka agama2 lainnya, agma Hindu terdiri dari tiga pilar utama yaitu :
TATWA, ( Spiritual), SUSILA ( Moralitas) DAN UPACARA (Syariat}

TATWA (Spiritual)
Awalnya yang ada hanya sat-asat, (artinya sat, tetapi bukan sat.) tetapi bukannya sat biasa, katakanlah sejenis heter yang mengandung lima unsur kehidupan yaitu, kesadaran, material, intlegensia, kehendak dan energi.

Kesadaran mempunyai energi mental yang dilambangkan sebagai para Dewa2, dan material mempunyai energi fisikal yang dilambangkan sebagai para Raksasa2.

Kehendak yaitu unsur motivasi pada diri manusia, memisahkan unsur kesadaran dari unsur material, kehendak ini dilanjutkan oleh unsur intlegensia.

Intlegensia menyusun program pemisahan, berupa cetak biru, terbentuknya alam semesta, baik alam para dewa2 (alam sorgawi) maupun alam para raksasa (duniawi)

Pelaksana program ialah para dewa dan para raksasa yaitu energi fisikan/duniawi dan eneri mental (sorgawi.).

Mula2 kedua kekuatan itu bekerja sama mengaduk sat tersebut dengan memutarnya seperti membuat es krim, atau mengayak beras, memisahkan antara berasa dan gabah.
Hal ini menyebab terjadinya dua kutub (dua alam), yaitu alam sorgawi dan alam duniawi.

Diantara kedua kutub itu terbentuklah alam kehidupan yang dilambangkan sebagai “air soma yang dibawa oleh Dewi Sri). Air soma ini menjadi perebutan antara Raksasa dan Dewa, artinya kehidupan itu menjadi perebutan antara energi sorgawi dan energi duniawi

Raksasa Kalarawu duluan menyusul dewi Seri, merampas dan minum air kehidupan, kemudian dewa Wisnu memenggal leher Kalarawu sehingga air kehidupan tidak sampai ketubuhnya, tetapi kepala Kalarawu tetap hidup karena sudah mendapat air kehidupam.

Ceritra ini melambangkan air kehidupan itu didapat oleh para dewa, yaitu kehidupan sorgawi, sedangkan kehidupan duniawi /manusiawi, hanya kepalanya yang bisa masuk sorgawi yaitu rohnya, sedangkan fisiknya menyatu dengan alam material

Jika seseorang melakukan meditasi, didalam bainnya terjadi perebutan antara raksasa dan dewa, artinya antara kehendak duniawi dan kehendak sorgawi.

Singkatnya alam ini terbentuk menjadi tiga lapis, yaitu lapisan paling bawah alam material, lapisan kedua alam kehidupan /alam maya, dan lapisan ketiga yaitu alam sorgawi.

SUSIAL (Moralitas)
Berdasarkan filosofis Hindu diatas, morlitas hindu juga ada tingkatannya, yaitu moralitas umat/orang awam didasarkan atas “pala karma” yaitu siapa berbuat baik akan meneripa upah yang baik, siapa berbuat jahat akan menerima upah/nasib buruk.

Bagi kaum Jenanin, yaitu kaum intelektual Hindu moralitasnya didasarkan atas “Darma” yaitu keajiban hidup, yang didasarkan atas ayat begawan Gita sbb: “Hanya didalam pelaksaannya kamu mempunyai hak, sama sekali bukan pada hasilnya” Apapun yang kamu perbuat, baik atau buruk bukan urusanmu, tetapi melakukan darmamu itulah kewajibanmu.”
Hal ini tertuang dalam ceritra Beratha Yudha, dimana Arjuna tidak mau berperang karena harus membunuh saudaranya Duryodana, membunuh kakeknya (Bisama), membunuh gurunya (Drona) dan membunuh pamanya (Salya). Kresna menasihatkan,”Darmamu sebagai kesatria jauh lebih penting dari itu semua”. Krisna membuka mata bathin Arjuna, sehingga dapat melihat semua kesatria itu ditelan oleh kematian, tanpa diapun mereka akan mati.

Moralitas bagi kaum Biksuka adalah “ Karma-Akarma”, artinya jika dia bekerja secara fisik, sesungguhnya dia tidak bekerja, Apapun perbuatannya baik atau buruk, ada hasilnya atau tidak, dia abaikan, tetapi kalau dia diam, artinya fisiknya tidak bekerja, maka bahinnyalah yang bekerja mencari jalan pelepasan yang disebut Moksah

UPACARA (Syariat)
Menganai upacara, saya banyak melakukan, tetapi sedikit mengetahuinya karena banyak simbul2 yang harus dipelajari, disamping itu sifatnya tidak baku, tidak sama untuk semua derah. Oleh karena itu saya tidak bisa memberikan komentar tentang hal ini.

Bagi teman2 Hindu harap maklum, tulisan diatas adalah bahasa orang awam, bahasa agamanya tentu lebih komplek, mungkin tidak masuk akal bagi umat lain. Sekian dulu yaa (http://spiritual-house.blog.com}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar