Minggu, 08 November 2009

DRAMA BUAYA TELAN CICAK

Drama ini sedang berlangsung, ayo nonton,lihat kelanjutannya
Bagi rekan-rekan saya yang menulis di katagory filasat, Agama dan Spiritual, saya anggap sebagai penonton dalam panggung sandiwara di alam maya ini, karena mereka itu, cepat atau lambat akan disingkirkan dari kehidupan duniawi. Adapun aktivitasnya dalam alam maya ini hanya sebagai peran pendukung. Kepergiannya tidak akan mengurangi, demikian pula kehadirannya tidak akan menambah, sebab program universal alam semesta, blue printnya sudah jadi , anda diberi karakter filosofis, religius atau spiritualis bukan karena kebetulan, atau pilihan anda, tetapi sudah ada dalam cetak biru program universal, sebelum anda dilahirkan.
Seperti kelahiran Yesus yang sudah di isaratkan sebelumnya, demikian pula para pendunkungnya sudah dibisikkan kepada orang2 yang mempunyai sensitifiatas bathin yang memadai. Jika anda sudah terikat dengan tiga karakter diatas, jangan mengharapkan menjadi public figure, jangan mengharapkan menjadi orang kaya atau menjadi pemimpin duniawi, sebab program hidup anda bukan kesana. Jika anda lihat orang kaya, terkenal menjadi pemimpin dikalangan umat beragama, bukan karena karakternya religius, tetapi karakter duniawi yang masuk kedalam oragnisasi religius. Mereka tidak ubahnya dengan pimpinan politik, pintar mencari celah untuk bisa naik keatas. Organisasi keagamaan bukan diisi oleh mereka yang berkarakter religius, tetapi diisi oleh karakter politisi /menager yang memanfaatkan kepolosan umat, sebab karakter religius kiblatnya adalah alam sorgawi, bukan alam duniawi.
Jika anda merasa memiliki tiga karakter diatas, janganlah ditukar hak kesulungan anda dengan semangkuk kacang merah, sebab karakter itu sangat berharga untuk melanjutkan evolusi bathin anda ketempat yang lebih tinggi. Karakter itu merupakan tiket masuk kedalam alam sorgawi, sekarang anda tinggal memupuknya agar lebih cepat dewasa. Kurangi kesibuka duniawi yang mengikat, fokuskan bathin anda ke arah sorgawi, lambat laun anda akan tertarik kesana, tetapi jangan sekali-kali lupa bahwa anda masih berpijak ditanah. Semua aktivitas duniawi/keluarga tetap anda lakukan, tidak bisa diingkari, tetapi aktivitas bathin anda mempunyai alam yang berbeda, seperti halnya frequency audio (suara) satu kabel dengan frequncy gambar, tetapi tidak saling menggangu. Fisik anda adalah kabelnya, aktivitas fisik untuk duniawi, aktivitas bathin untuk sorgawi, keduanya bisa berjalan tanpa saling mengganggu.
Dalam memandang sandiwara dunia ini, kalian hanya sebagai penonton, tidak boleh menjadi juri, menjadi sporter, apalagi menjadi penegak hukum.. Sebagai contoh, kita menonton sandiwara yang sedang berlangsung, temanya adalah “Buaya Telan Cicak””
Polisi dengan karakternya sebagai buaya hendak menghancurkan KPK dalam satu kali telan, seperti buaya telan cecak. KPK dengan karaternya sebagai cecak, dia bisa melepas ekornya walaupun badannya ditangkap buaya. Ekor cecak yang membawa rekaman skenario sang buaya, dilihat oleh tikus jalanan, sehingga terjadi keributan , tikus2 menuntut buaya melepaskan badan cicak. Dengan geram buaya melepaskan badan cecak sambil mengancam, “aku akan makan kau dipengadilan nanti”. Didepan DPR, buaya mengatakan tidak benar buaya makan uang 10 milyard, sebaliknya cicaklah makan uang 17 milyard, ada saksinya, kesaksian itu tidak pernah dicabut., demikian katanya.
Besoknya, saksi ydm, muncul di TV,mengatakan dengan tegas bahwa kesaksiannya sudah dicabut. Kenapa buaya bisa berbohong didepan DPR , karena dprnya masih bayi barangkali, takut sama buaya. Cicakpun muncul di TV, membantah menerima uang baik lansung maupun tidak langsung. Ada komentar dijalanan, saksi dipaksa mengaku sesuai skenario sang buaya, kalau tidak mau, kau akan dimakan buaya. Akibatnya jadilah kesaksian palsu / terpaksa berbohong.
Dari babak ini, saya sarankan anda sebagai orang yang terpanggil, tidak menjadi hakim, membenarkan atau menyalahkan , jadilah penonton yang baik, artinya semua pemain itu benar, karena mereka masing2 menjalankan perannya. Buaya mempunyai karater dan prilaku seprti buaya, cecak juga demikian. Untuk dapat memandang drama ini sebagai permainan bukan tragedi kehidupan, anda harus berada pada tingkat kesadaran universal., sehingga bathin anda tidak terlibat dalam permainan itu.. Jelasanya sebagai calon manusia rohani, bathin anda tidak boleh terlibat secara emosionil dalam menonton sandiwara apapun juga, baik skenariao yang dibuat manusia seperti sinetron dan filem, maupun skenario universal, seperti bencana alam, dan kejahatan moralitas manusia. Hal ini sangat berguna pada saat anda harus berangkat, bathin anda tidak dibebani persoalan duniawi, seperti rasa pro dan kontra, dendam, iri hati, rasa kepemilikan harta benda dll.
Hanya sekian dulu yaa, lain kali sambung lagi,... (madeteling@plasa.com)

1 komentar:

  1. Salam kasih

    Sebagai penonton yang mengikuti dari awal hingga saat ini, batin saya lelah melihat berbagai adegan yang terjadi. Kemudian saya berpikir, beginilah cara Tuhan menunjukkan KuasaNya atas peran-peran hamba yang telah ditetapkanNya.


    Awalnya saya sangat geram menyaksikan pemain-pemain yang telah mengabaikan nurani demi tuntutan peran dunia yang mereka jalani.Akal saya bertanya, bukankan Tuhan mengkaruniai kita nurani dan akal untuk memilih...Kemudian rasa kasihan yang muncul, karena mereka telah mengabaikan KaruniaNya...
    @Nuzul Aviani

    BalasHapus